RADAR JABAR - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada bulan November 2023, cabai merah memegang peranan utama sebagai penyumbang inflasi dengan persentase sebesar 0,38 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
"Komoditas penyumbang utama inflasi adalah cabai merah dengan andil 0,16 persen,” ujar Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud di Jakarta, Jumat.
Selain cabai merah, komoditas lain yang berkontribusi terhadap inflasi meliputi cabai rawit dengan persentase 0,08, bawang merah 0,03 persen, beras 0,02 persen, dan gula pasir serta telur ayam ras masing-masing dengan andil 0,01 persen.
BACA JUGA:7 Tips Menanam dan Merawat Tanaman Cabai di Rumah dengan Baik!
Secara keseluruhan, kontribusi inflasi dari kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mencapai 0,32 persen, dengan tingkat inflasi sebesar 1,23 persen, menjadikannya kelompok yang paling dominan dalam inflasi pada bulan November.
Selain kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, beberapa komoditas lain juga memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi bulanan November, seperti tarif angkutan udara (0,04 persen), emas perhiasan (0,03 persen), dan tarif air minum (0,01 persen).
Di sisi lain, beberapa komoditas seperti bensin (0,04 persen), ikan segar, dan daging ayam ras (masing-masing 0,01 persen) memberikan dorongan pada deflasi.
BACA JUGA:Penyebab Harga Cabai di Kota Bandung Meroket Tembus Harga Tinggi
Dari segi wilayah, 36 kota mencatatkan tingkat inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional, di mana Bandar Lampung menjadi kota dengan tingkat inflasi tertinggi, mencapai 1,05 persen.
Cabai merah juga menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kota Bandar Lampung, dengan andil sebesar 0,57 persen, diikuti oleh cabai rawit (0,20 persen), bawang merah (0,07 persen), daging ayam ras (0,05 persen), tarif angkutan udara (0,03 persen), dan telur ayam ras (0,03 persen).
Kota-kota lain dengan tingkat inflasi tertinggi antara lain Kota Gorontalo (0,98 persen), Kota Sumenep dan Kota Singaraja (masing-masing 0,87 persen), Kota Timika (0,84 persen), dan Kota Banjarmasin (0,81 persen). Sementara Kota Cirebon mencatatkan inflasi terendah sebesar 0,16 persen.
Di sisi lain, Kota Tual mencatatkan tingkat deflasi terdalam sebesar 0,51 persen, diikuti oleh Kota Waingapu (0,37 persen), Kota Mamuju (0,28 persen), Kota Tanjung Pandan (0,21 persen), dan Kota Singkawang (0,01 persen).