Joseph Barclay, seorang pakar kebudayaan Ibrani, mengungkapkan bahwa Talmud Babilonia pada masa lalu pernah dilarang oleh beberapa raja karena kontennya yang ekstrem. Dalam ajaran Talmud Babilonia yang membahas etika, terungkap bahwa perspektifnya sangat subjektif.
Al-Syarqawi menjelaskan bahwa ajaran ini telah membuat kaum Yahudi meyakini bahwa mereka adalah satu-satunya kelompok yang layak hidup di dunia, sementara yang bukan Yahudi dianggap tidak pantas bahkan harus dimusnahkan.
Salah satu ayat yang diterjemahkan oleh Al-Syarqawi menyatakan, "Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non-Yahudi bukanlah manusia melainkan binatang."
Mereka bahkan menganggap orang non-Yahudi tidak berasal dari keturunan Nabi Adam a.s., dan lebih memuliakan anjing dibandingkan dengan mereka. Saat merayakan hari raya, mereka diperbolehkan memberi makan anjing, tetapi dilarang memberi makan orang asing.
Keyakinan ini tentu saja memicu terjadinya kekerasan dan kekejaman, didorong oleh rasa kekuasaan yang besar di kalangan mereka. Mereka merasa bahwa seluruh bumi adalah milik kaum Yahudi, sementara manusia lain dapat diperlakukan sesuai keinginan mereka.
Hal ini sangat berbahaya bagi orang-orang non-Yahudi di dunia, termasuk umat Islam. Selain itu, ajaran dalam kitab Talmud yang dianggap berbahaya adalah pembenaran terhadap tindakan kejahatan. Dalam Moed Kattan 17a, disebutkan bahwa, "Jika seorang Yahudi tergoda untuk melakukan kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota di mana ia tidak dikenal, dan lakukanlah kejahatan itu di sana."
Talmud bahkan membolehkan penipuan, seperti yang dinyatakan dalam Sanhedrin 57a, bahwa "Jika seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya."
Mereka memandang diri mereka sebagai yang paling superior di dunia, dengan pandangan bahwa yang bukan bagian dari mereka dapat diperlakukan seenaknya. Rasa superioritas semakin terwujud dalam Baba Kamma 37b, yang menyatakan bahwa, "Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi. Tetapi jika lembu orang Kanaan melukai lembu orang Yahudi, maka orang itu harus mengganti sepenuhnya."
Ayat ini mengajarkan ketidakadilan dan perlakuan spesial hanya kepada orang Yahudi, seolah-olah mereka yang paling mulia dan tak bisa disalahkan secara tak langsung.
3. Kitab Talmud Merendahkan Orang Kristen
Talmud juga mengajarkan perlakuan rasis dan merendahkan agama Kristen, menyebut kitab Injil sebagai kitab jahat, dan memberikan panggilan-panggilan merendahkan. Ajaran ini dianggap mengancam orang-orang Kristen.
BACA JUGA:Fenomena Yahudi Pesek di Indonesia dan Buzzer Sewaan Israel
Dalam Talmud, terdapat ayat yang menjelaskan bahwa Nabi Adam Alaihissalam pernah menggauli setan perempuan, dan nabi Isa Alaihissalam tidak dianggap sebagai nabi oleh para Rabi Yahudi, melainkan hanya sebagai seorang ulama yang merupakan hasil hubungan gelap antara Maryam binti Imron dan Yusuf an-najar, sepupu Maryam.
Secara tidak langsung, Talmud meragukan kenabian dan mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa Alaihissalam, menunjukkan ketidaksetujuan terhadap ayat-ayat Allah SWT.
4. Menggambarkan Fisik Tuhan
Tidak hanya manusia yang dicela dan dijelek-jelekkan dalam Talmud, tetapi juga Tuhan mereka sendiri. Bahkan, kitab ini mencoba mendeskripsikan fisik Tuhan, sesuatu yang Nabi saja tidak pernah bertemu dengannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana kitab Talmud, yang disusun oleh manusia biasa, bisa mendeskripsikan fisik penguasa alam semesta.
Ibnu Hazm mencatat bahwa dalam Kitab Talmud terdapat teks yang menyebutkan bahwa panjang antara kening dan hidung Tuhan adalah 5000 hasta, setara dengan 2.250 meter. Bahkan, dalam risalah salah satu bagian Talmud, diabadikan mengenai aksesoris yang dipakai oleh Tuhan.
BACA JUGA:Bukti Ketakutan Orang Yahudi Lewat Menanam Pohon Gharqad