Jakarta adalah pusat ekonomi dan industri di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di kota ini telah menghasilkan banyak industri dan pabrik.
Meskipun pertumbuhan ekonomi memiliki manfaatnya, namun aktivitas industri dan pabrik juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca dan partikel berbahaya yang mencemari udara.
Pabrik-pabrik ini sering kali tidak memiliki sistem pemurnian udara yang memadai, yang mengakibatkan pelepasan polutan secara langsung ke atmosfer.
3. Pembakaran Sampah
Manajemen sampah yang buruk juga menjadi faktor penting dalam masalah polusi udara di Jakarta.
Praktik pembakaran sampah di tempat terbuka masih umum terjadi, terutama di permukiman padat penduduk.
Pembakaran sampah ini menghasilkan asap yang mengandung zat-zat beracun, seperti dioksida belerang dan partikel-partikel halus yang dapat dengan mudah terhirup oleh manusia.
4. Pembangunan Tanpa Perencanaan Lingkungan yang Baik
Pertumbuhan kota Jakarta terjadi begitu cepat sehingga seringkali pembangunan dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan.
Penebangan hutan untuk membangun gedung dan infrastruktur baru mengurangi penyerapan karbon alami dan berdampak pada perubahan iklim.
Selain itu, kurangnya ruang terbuka hijau di tengah kota membuat sirkulasi udara terhambat, mengakibatkan akumulasi polutan.
BACA JUGA:Hutan Kota Cawang Jakarta jadi Sarang LGBT, Pengawasan Diperketat!
5. Geografi dan Cuaca
Faktor geografis dan cuaca juga memainkan peran penting dalam tingkat polusi udara di Jakarta. Kota ini terletak di dataran rendah dengan sedikit sirkulasi udara yang baik.
Selain itu, pola angin yang buruk dapat menyebabkan polutan tetap terperangkap di wilayah kota untuk waktu yang lebih lama, meningkatkan konsentrasi polusi.