RADAR JABAR- Varian COVID-19 kini kembali muncul dan mengalami kenaikan di negara Inggris. Eris ini terjadi pada 1 dari 7 kasus baru COVID-19.
Dilansir dari UK Health, pada bulan lalu terjadi sekitar 200 ribu kasus COVID-19 di Britaniya Raya ini. Lalu pada 4 Juli tercatat 606 ribu kasus. Kemudian, pada 27 Juli tercatat 785.980 kasus, diduga hal ini diakibatkan kehadiran Eris.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meski orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi yang terjadi sebelumnya, negara tetap tak boleh lengah.
WHO juga mewanti-wanti bagi orang yang berisiko tinggi terpapar COVID-19, seperti lanjut usia dan komorbid, untuk memakai masker di tempat ramai, mendapat booster jika direkomendasikan, dan juga memastikan ventilasi udara yang memadai di dalam ruangan.
"Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk COVID-19," lanjutnya lagi.
Saat ini varian Eris menjadi varian kedua terbanyak yang ditemukan oleh Arcturus. Mengingat adanya kenaikan kasus, termasuk di Asia, para pejabat UKHSA mengatakan bakal cermat memantau situasi peningkatan kasus COVID-19 di Inggris.
Varian Eris
Eris merupakan berasal dari turunan Omicron, pihak UKHSA sendiri terus memantau perkembangan dari kasus ini.
Varian 'Eris' ini telah diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant under monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada bulan Juli.
Hal ini menyusul prevalensinya yang tercatat di Inggris dan meningkatnya kasus secara internasional, khususnya di Asia.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meski orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi yang terjadi sebelumnya, negara tetap tak boleh lengah.
WHO juga mewanti-wanti bagi orang yang berisiko tinggi, seperti lanjut usia dan komorbid, untuk memakai masker di tempat ramai, mendapat booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi udara yang memadai di dalam ruangan.