RADAR JABAR - Presiden Rusia Vladimir Putih mengungkapkan mengenai prospek Ukraina untuk bergabung ke dalam NATO (North Atlantic Treaty Organization) disebut sebagai "ancaman mendasar" bagi keamanan Rusia.
Putin juga mengatakan mengenai kemajuan infrastruktur militer pada aliansi tersebut "tidak dapat diterima" tersebut ketika sedang berbicara dengan para pemimin Afrika di St. Petersburg pada Jumat (28/7). Selain itu, ia juga menekankan kepada nasib beberapa negara yang dilanda konflik, salah satunya Irak, Libya, serta Suriah yang menurutnya telah dinyatakan sebagai lawan oleh beberapa negara anggota NATO.
"... selama bertahun-tahun, (Barat) telah mempersiapkan perang hibrida dengan negara kita, melakukan segala upaya untuk mengubah Ukraina menjadi alat untuk mengacaukan fondasi keamanan Federasi Rusia, merusak posisi Rusia di dunia dan merusak kenegaraan kita" ujar Putin
Ia juga mengatakan bahwa perkembangan militer Ukraina telah mencapai pada puncaknya pda tahun 2014. Hal ini dikarenakan beberapa negara Barat telah mendukung kudeta bersenjata dan berdarah di Ukraina yang diketahui inkonstusional. Pada saat itu, Viktor Yanukovych merupakan mantan Presiden Ukraina yang pro terhadap Rusia digulingkan oleh rakyatnya akibat keputusannya menolak bergabung dengan pakta perdagangan Uni Eropa.
"(Barat) mengabaikan semua norma hukum internasional dan secara langsung, secara terbuka mengatakan bahwa mereka mensponsori kudeta ini, bahkan menyebut jumlah uang yang mereka habiskan untuk itu" ujar Putin.
Selain itu, Putin juga mengingatkan kembali mengenai Deklarasi Kemerdekaan Ukraina, yang salah satunya mencangkup klausul tetang status negara tersebut yang merupakan negara netral.
"Dalam deklarasi itu, tertulis bahwa Ukraina adalah negara netral, dan ini sangat penting bagi kami," tegas Putin