RADARJABAR, BANDUNG - Di Jawa Barat, Partai Golkar memiliki kader terbaik untuk mengikuti percaturan di Pilgub (pemilihan gubernur) 2024. Ada dua kader yang dianggap layak untuk maju: Ridwan Kamil, dan Dedi Mulyadi.
Berbagai lembaga survei nyebutkan Ridwan Kamil dan Dedi Mulyadi merupakan tokoh potensial untuk maju sebagai calon gubernur Jabar 2024.
Salah satu survei terbaru dari Indonesia Politics Research & Consulting (IPCR) pada Mei 2023, elektabitas Ridwan Kamil mencapai 50,6 persen. Disusul oleh Dedi Mulyadi 25 persen.
Namun demikian, harus ada satu yang dipilih untuk menjadi kandidat pada pilgub Jabar 2024 mendatang. Kecuali Partai Golkar pada pileg (pemilihan legislatif) nanti bisa menduduki 20 atau lebih kursi di DPRD Jabar.
Lantas apakah keluarnya Dedi Mulyadi ditubuh Golkar untuk mengamankan tiket Pilgub di partai lain?
Menanggapi keluarnya Dedi Mulyadi dari Partai Golkar, Pengamat Politik Unjani Cimahi Arlan Siddha menduga lantaran merasa apa yang dibangun olehnya saat ini tidak memungkinkan untuknya naik dikancah Pilgub 2024.
Mengingat, gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil masuk bergabung dengan Partai Golkar dan menyatakan siap maju di pilgub Jabar untuk melanjutkan kepemimpinannya selama dua periode.
"Usai masuknya Ridwan Kamil ke Golkar, Dedi Mulyadi merasa tidak mungkin didorong oleh Golkar," kata Arlan saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, masuknya eks Wali Kota Bandung itu ke Partai Golkar diberikan tawaran yang cukup besar. Terlebih, Kang Emil kokoh berada dipuncak klasemen cagub Jabar dengan elektabilitas tertinggi.
Meski tidak mempunyai permasalahan dengan konteks yang serius di internal partai, namun Dedi Mulyadi menurutnya mencari cara lain untuk keluar dari partai berlambang pohon beringin itu.
"Hengkangnya di Partai Golkar merupakan bagian sikap politik yang ingin dia tempuh," kata dia.
Terpisah, saat dikonfirmasi Dedi Mulyadi masih enggan untuk membeberkan alasan pengunduran dirinya dari Partai Golkar dan anggota DPR RI.
Meski belum berkomentar, tapi sudah beredar kabar kalau mantan bupati Purwakarta dua periode itu berlabuh Partai Gerindra, atau PDI Perjuangan.
"Nanti saja," kata Dedi Mulyadi melalui pesan singkatnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih dan co-chair Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar, Ridwan Kamil menilai keputusan Dedi Mulyadi harus dihormati.
“Saya kira jika ada tokoh berpindah partai harus dihormati karena pilihan politik adalah hak individu. Beliau sedang mengambil haknya, jadi kami hormati,” kata Ridwan Kamil di Bandung, Kamis (11/5) kemarin.
Pria yang juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat itu mengaku tidak ada komunikasi dengan Dedi Mulyadi sebelum mengirim surat pengunduran diri ke pengurus pusat.
Menurutnya, hal itu langsung berhubungan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto. "Enggak ada hubungan (komunikasi). Hubungannya beliau ke Ketum (Airlangga Hartanto),” tuturnya.
Lebih lanjut, Ia pun mendoakan Dedi Mulyadi sukses di tempat barunya. Kang Emil pun berharap keputusan yang diambil Dedi Mulyadi menjadi pilihan yang terbaik.
“Yang penting tidak luntur cinta kepada Indonesia, kepada pelayanan publik. Saya doakan beliau sukses lancar di tempat yang baru," Kang Emil menandasi.***