BANDUNG - Ahli Farmasi Universitas Padjadjaran (UNPAD), Prof Muchtaridi menyebut bahwa instruksi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait pemberhentian sementara atau larangan penjualan obat berbentuk sirup atau cair dinilai terlalu dini.
Pasalnya dia menjelaskan, tidak semua obat-obatan berbentuk sirup yang beredar di masyarakat, mengandung zat berbahaya seperti etilen glikol dan dietelin glikol yang dapat menyebabkan munculnya gagal ginjal akut.
"Sekarang ramainya begini, Kemenkes mengeluarkan (instruksi) di poin 8 terkait dengan menghentikan dulu penjualan obat sirup. Karena sirup nya itu mengandung zat etilen glikol dan dietelin glikol. Tapi kan tidak semua sirup dilarutkan oleh zat itu," ungkapnya saat dikonfirmasi Jabar Ekspres, Kamis (20/10).
Tak hanya itu, Muchtaridi juga menilai bahwa instruksi yang telah dikeluarkan oleh kepada seluruh fasilitas kesehatan (faskes) dan apotek-apotek tersebut dirasa tidak pas.
"Menurut saya salah juga Kemenkes mengeluarkan itu, terlalu dini. Karena seperti tidak ada ahli di Kemenkes untuk mengeluarkan pernyataan itu. Banyak obat-obat yang memang tidak dilarutkan oleh zat etilen glikol dan dietelin glikol yang terkontaminasi tadi," ucapnya
Sehingga ia mengatakan, bahwa adanya pernyataan tersebut telah membuat khawatir masyakarat terkait dengan penggunaan obat sirup.
"jadi kalau menurut saya ini kurang logis kalau semua obat sirup dinyatakan tidak aman atau dihentikan dulu sampai dilakukan investigasi. Nah proses investigasinya ini sampai kapan?. Sedangkan, perputaran roda ekonomi apotik atau klinik itu harus berjalan," katanya
"Sehingga ini (instruksi Kemenkes) harus dikaji kembali, bahwa semua obat sirup di hentikan dulu itu terlalu dini kalau menurut saya. Karena ketika ada obat yang tidak mengandung zat etilen glikol dan dietelin glikol kenapa harus di larang," tambahnya
Maka dengan situasi seperti ini, Muchtaridi mengimbau kepada masyarakat khususnya orang tua untuk sementara waktu sebaiknya melakukan pengobatan secara alami.
"Kalau anaknya demam biasa atau ringan sudah saja pakai dulu metode nenek moyang seperti, membalur anaknya dengan minyak ditambah bawang merah dan ditambah asam Jawa lalu dibalurkan di dada dan punggungnya. Nah kalau demamnya kepanjangan, itu dianjurkan datang ke fasilitas kesehatan, dan itu pasti mereka akan langsung menyarankan," pungkasnya
Untuk diketahui, kasus gagal ginjal akut yang diduga oleh penggunaan obat cair mengandung zat etilen glikol dan dietelin glikol kini telah menyerang anak-anak berusia dibawah umur.
Di Jawa Barat sendiri Rumah sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, telah menerima sebanyak 12 pasien gagal ginjal akut berasal dari rujukan beberapa daerah.
"Kita total ada 12 orang (pasien), dan sekarang yang sedang dirawat ada tiga orang tapi ada satu orang hari ini sudah membaik dan insyaallah bisa pulang," ucap Kepala Divisi Nefrologi KSM IKA, Prof. Dr. Dany Hilmanto, Rabu (19/10) kemarin.
(San).