BANDUNG, RadarJabar - Jumlah kendaraan angkutan kota (angkot) diduga bakal makin mengalami pengurangan.
Bahkan moda transportasi itu rencananya akan 'dipinggirkan' supaya tidak beroperasi di tengah kota.
Hal demikian disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna, pada Jabar Ekspres beberapa waktu lalu.
Menurutnya, rencana tersebut berkaitan dengan program transformasi transportasi yang tengah digencarkan.
Berkaca dengan akses transportasi publik di Kota Semarang, masyarakat mengandalkan angkutan bus dari trayek ke trayek. Apple to apple, kata Ema, apabila diterapkan di Bandung.
"Jadi mereka (angkot) itu, nanti harapan kita ada di pinggiran (kota). Tidak masuk di area perkotaan," jelas Ema.
Nantinya, seperti di Semarang, transportasi publik yang beroperasi bakal memakai angkutan dengan kapasitas lebih besar.
"Di Semarang itu, di sana sudah tidak ada angkot," imbuhnya.
Pola yang bakal diterapkan itu juga, lanjut Ema, termasuk pemberian gaji bulanan buat para sopir angkutan. Lantas nantinya, ada atau tidak adanya penumpang, moda transportasi tetap beroperasi tanpa khawatir setoran.
"Sudah tidak ada istilah lagi berebut penumpang. Mengejar setoran. Karena supirnya sudah digaji. Nah, kami polanya mau begitu," lanjutnya.
Akan tetapi, kata Ema, rencana tersebut masih tersendat regulasi. Besaran APBD masih belum disepakati DPRD Kota Bandung. Terdapat suara keberatan dari DPRD Komisi C.
Ema menyebut, hal tersebut belum terinformasikan lebih awal. Alhasil tidak lolos dalam APBD untuk tahun depan.
"Secara filosofi kebijakan, dewan memahami dan menyetujui. Tapi, pada saat ke-detail-an dan daya dukung anggaran, itu yang pada akhirnya di-pending," tambah Ema.
Adapun perihal anggaran, Ema menyampaikan bahwa pemkot bakal mendapatkan kucuran dana dari program British Embassy. "Dana dari mereka," pungkasnya.*** (zar)