BANDUNG, RadarJabar - Jumlah Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung masih belum mencapai jumlah ideal. Hal itu merujuk berdasarkan perhitungan jumlah penduduk dan luas wilayah.
“Walaupun belum optimal sesuai dengan standarnya. Kalau dilihat dari SPM (standar pelayanan minimal), dari segi kapasitas petugas, petugasnya, sarana prasarana, ini kita kalau hitungan secara standarnya itu 480 pasukan, terus kendaraan 90an. Ini idealnya, sesuai dengan perhitungan secara teknis,” ujar Kepala Bidang Kesiapsiagaan Operasi Pemadaman dan Penyelamatan pada Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, Yusuf Hidayat, di Balai Kota Bandung, Rabu (24/8).
Sementara itu, tambah dia, pasukan yang dimiliki Diskar PB Kota Bandung berjumlah sekitar 300 anggota. Dengan rincian non-ASN sebanyak 241. Beberapa anggota yang termasuk ASN juga akan menempuh masa pensiun dalam waktu dekat.
“Mudah-mudahan dengan keterbatasan kita, kita bisa melaksanakan tugas. Karena kebakaran ini kita harus selalu ditanggulangi, dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Yang paling penting dinas pemadam kebakaran kota bandung dalam pelayanan kebakaran dan insiden lainnya itu tidak dipungut biaya,” imbuh Yusuf.
Untuk wilayah manajemen kebakaran di Kota Bandung, response time pelayanan pemadaman adalah 15 menit. Response time ini terhitung sejak call center Damkar menerima laporan dari masyarakat. Yusuf mengatakan, sejauh ini capaian response time timnya berada di bawah 15 menit.
“Capaian kita alhamdulillah di bawah 15 menit. Tahun kemarin capaiannya, 99 persen. Kenapa 99 persen? Itu karena satu kejadian ini di atas 15 menit, ada kendala kemacetan, aksesbilitas kendaraan tidak bisa masuk ke dalam lingkungan kebakaran. Masih banyak kendaraan lain non-teknis itu, ada gapura juga yang terlalu pendek. Terus pelaporan yang terlambat,” terang dia.
Tak hanya itu, dia menegaskan agar masyarakat selalu berhati-hati dan tidak lalai akan faktor penyebab kebakaran. Dia juga meminta agar masyarakat memudahkan Diskar PB untuk melaksanakan tugasnya.
“Jangan sampai menghalangi aksesbilitas petugas pada saat kebakaran. Jangan sampai di suatu tempat, ada portal gerbang lalu kuncinya disimpan di tempat yang berjauhan, simpan saja di pos terdekat. Karena pernah terjadi kebakaran di suatu lingkungan, rantai atau gerbang dipatahkan oleh tim rescue kita, atau bisa saja didobrak. Karena ini kan menyangkut nyawa manusia,” tegas Yusuf.
Kebakaran, kata dia, bisa dicegah dengan melakukan edukasi kepada warga masyarakat untuk penanganan dini. Perlu ada langkah kolaboratif antara masyarakat dengan stakeholder lainnya untuk memberikan masyarakat pendidikan, penyuluhan, sosialisasi, simulasi tentang bahaya kebakaran.
“Saya yakin masyarakat bisa memadamkan api, tapi bagaimaana tentang cara memadamkan api dengan baik dan benar,” beber Yusuf.
Sehingga pelatihan memadamkan api adalah hal yang sangat penting untuk mencegah api menyebar dengan cepat.
“(Pelatihan) Bagaimana cara menggunakan alat pemadam api ringan. Itu harus bisa menggunakannya. Misalkan yang sederhana, ada kain basah berbentuk selimut, itu bisa ditutup. Karena untuk menutup ruang oksigen yang ada, itu secara sederhana,” jelas dia.
Yusuf turut mengimbau masyarakat agar mematikan listrik jika hendak pergi keluar rumah, selain itu melarang pembakaran sampah yang dilakukan di tempat-tempat yang memicu kebakaran besar. Tak lupa, Yusuf meminta kepada para pemilik gedung menyediakan fasilitas untuk memadamkan api. “Harus ada proteksi gedung, seperti sprinkler terus ada hydrant pillar atau dinding, itu harus dimiliki,” tandasnya.*** (Arv)