Ketika Sang suami kecanduan alkohol itulah ibunda Yamagami sangat tertekan. Dia sering mengalami siksaan fisik.
Lantas, seingat Yamagami, ibunya aktif di Koseikai –gerakan bangun pagi. Disebut juga pesta bangun pagi. Bangun pagi adalah kemewahan di umumnya negara empat musim.
"Di musim salju pun mama bangun pagi dan keluar rumah meninggalkan saya sendirian," ujar Yamagami seperti disiarkan Yomiuri Shinbun.
Tidak jarang Yamagami bangun pagi mencari Sang Ibu. Tidak ketemu. Ia keluar rumah mencari Sang Ibu. Dingin sekali di luar. Tanpa alas kaki. Sambil menangis.
Yamagami akhirnya harus berhenti sekolah. Ibunya bankrut total. Semua harta ibunya disumbangkan ke GU.
Paman Yamagami mengatakan, tulis Mainichi Shinbun, bahwa sumbangan itu mencapai setidaknya Rp 1,5 miliar. Ditambah asuransi jiwa suaminyi pun dia sumbangkan ke GU. Juga dari hasil penjualan rumah.
Model donasi seperti itu sudah lama dikeluhkan di Jepang. Banyak yang mengadukan sebagai penyebab kesulitan rumah tangga.
Pengaduan itu meningkat sampai 12 kali setelah pembunuhan Abe.
Salah satu lembaga yang menangani pengaduan jenis itu adalah National Network of Lawyers against Spiritual Sales.
Pekan lalu tiga orang pengacara di Tokyo membeberkan bagaimana praktik ''marketing spititual'' ala GU itu dilakukan di Jepang.
Disebutkan, aktivis dari GU mengumpulkan iklan duka cita. Dicatat nama yang meninggal. Siapa istri atau anaknya. Dicari alamatnya.
Rumah mereka itu diketok. Diucapkan kalimat duka cita. Lalu ditawari jasa agar arwah almarhum bisa bahagia di surga.
Kadang diceritakan juga bahwa roh almarhum baru saja memberitahukan kondisi yang kurang baik yang ia alami di alam sana. Lantas sang roh minta agar diselamatkan.
Marketing akhirat seperti itu tentu mudah. Tidak diperlukan bukti. Yang harus dimiliki adalah kemampuan meyakinkan sasaran marketingnya.
Bahkan awalnya dulu sampai diibaratkan bahwa Korea itu Adam. Jepang itu Eva (Hawa). Yang sama-sama berbuat dosa. Lalu menurunkan dosa kepada anak-cucu. Semua itu harus ditebus. Lewat GU yang mengklaim punya otoritas sebagai perantaranya.
Pendiri gereja Moon, memang mengaku bahwa dirinya utusan Tuhan. Dan banyak yang percaya. Tergiur. Terhipnotis. Uang pun mengalir jauh sampai ke sana.