Ia yakin bahwa Allahlah satu-satunya yang dapat memberi kebahagiaan untuk seseorang dan Allah jugalah yang berhak mengangkat kebahagiaan tersebut darinya. Sehingga ia tidak akan pernah menyesali apa pun yang Allah Ta’ala takdirkan kepadanya.
Rasa tawakal dan berserah diri yang benar tidak meniadakan usaha yang dikerahkan di dalam menjalankan sebab-sebab keberhasilan dan kebahagiaan. Justru merupakan tawakal yang salah jika hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan.
Allah Ta’ala berfirman,
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya, ‘Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah, hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Al-Ma’idah: 23)
Di dalam Tafsir Al-Muyassar terbitan Kemenag Saudi disebutkan bahwa penyerbuan melalui pintu gerbang merupakan salah satu bentuk ikhtiar/usaha agar mereka dimenangkan oleh Allah Ta’ala.
Kemenangan tersebut tidak akan bisa diraih jika mereka hanya pasrah dan tidak bergerak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah bersabda,
لو أنَّكم كنتُم توَكلونَ علَى اللهِ حقَّ توَكلِه لرزقتُم كما يرزقُ الطَّيرُ تغدو خماصًا وتروحُ بطانًا
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, maka Allah akan memberi rezeki kalian sebagaimana Allah memberi rezeki burung. Pergi pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi no. 2344, Ibnu Majah no. 4164, dan Ahmad no. 604)
Hal ini menunjukkan bahwa tawakal maknanya bukan pasrah dan meninggalkan sebab. Akan tetapi, tawakal harus disertai dengan melakukan berbagai sebab yang akan membawa pada hasil yang diinginkan. Karena burung saja mendapatkan rezeki dari Allah berupa makanan dan rasa kenyang setelah ia berusaha dan melakukan sebab-sebab untuk meraihnya.
Tawakal mengarahkan seseorang kepada kebahagiaan dari beberapa sisi:
Pertama: Tawakal merupakan salah satu sebab mendapatkan pahala, dan pahala yang diraih merupakan sebab kebahagiaan.
Kedua: Tawakal menjadikan seseorang hanya menyandarkan dirinya kepada Allah, bukan manusia. Sehingga ia tidak mengharapkan apa pun yang ada di tangan manusia. Jikalau ia menginginkan sesuatu, maka ia hanya meminta kepada Allah Ta’ala.
Ketiga: Tawakal akan mendatangkan rezeki, sebagaimana kisah burung yang telah disebutkan dalam hadis di atas.
Keempat: Kalaupun tawakal tidak memiliki keutamaan, kecuali mendapatkan pengakuan cinta dari Allah Ta’ala, maka itu sungguh sangat mencukupi. Allah Ta’ala berfirman,