Mengenal Animal Communicator, Profesi Penerjemah Bahasa Hewan

Selasa 19-07-2022,19:32 WIB
Reporter : Arvi Resvanty
Editor : Arip Apandi

Bagi mereka yang memiliki hewan peliharaan, pasti pernah terbesit pertanyaan. Apa yang hewan tersebut pikirkan dan rasakan? Kini pertanyaan itu dapat terjawab dengan hadirnya profesi animal communicator. Hadir sebagai jembatan antara sang pemilik dan peliharaannya, profesi ini mulai digandrungi peminat.

Arvi Resvanty, Jabar Ekspres

 

Ruangan berukuran 3x4 itu dihiasi dengan perlengkapan kerja William Wijaya Halim (47). Mulai dari medium untuk mencari hewan hilang, berbagai buku tebal bertema sains dan filosofi, peralatan Feng Shui dan beberapa perlengkapan untuk melakukan sesi konsultasi secara daring. Menekuni profesi animal communicator bukanlah hal yang mudah, sebab beberapa orang masih memiliki persepsi keliru tentang profesi ini.

William memiliki keingintahuan yang besar, ia menerka kenapa setiap kali ia bertemu dengan kucing atau anjing, selalu saja diikuti. William ingin mengetahui kenapa saat ia berbicara dengan mahluk bulu tersebut, hewan itu seolah mengerti perkataannya. Akhirnya pada 2016, ia mulai belajar menjadi animal communicator, dari satu guru lokal hingga kursus online di luar negeri.

Perjalanan mempelajari bahasa hewan itu berbuah menjadi profesi yang ia tekuni secara profesional sejak awal tahun 2022. Meski baru saja membuka jasa animal communicator secara profesional, banyak klien dan kerabat sudah mendapatkan manfaat dari jasa William di tahun-tahun sebelumnya.

Saat hendak melakukan wawancara ketika berkunjung, wartawan Jabar Ekspres sempat melihat sesi diskusi William dengan klien. Beberapa kali dibuat terperangah dan terkejut, karena William memprediksi dengan akurat terkait hubungan klien dengan masing-masing anggota keluarga.

Hanya dengan melihat foto anjing poodle coklat dari tablet miliknya, dan beberapa informasi dasar tentang anak bulu tersebut, William memberikan informasi secara runtut kepada sang pemilik. Mengenai apa yang anjing itu rasakan dan pikirkan.

“Dia merasa dilindungi oleh maminya (panggilan klien kepada anjing miliknya). Karena sering diajak ngobrol dan dipuji saat disisir, makanya dia (anjing tersebut) merasa sangat sayang (dengan klien). Sedangkan sama koko (suami klien) merasa agak takut dan kurang dekat,” tutur William.

Sang klien membenarkan perkataan tersebut, dan beberapa kali tertawa karena keakuratan William dalam membaca hewannya. Bahkan, William juga sempat mengatakan bau kesukaan anjing tersebut adalah bau minyak kayu putih, dan klien membenarkan hal tersebut.

Setelah sesi konsultasi berakhir, ia lantas memberikan penjelasan kepada Jabar Ekspres. “Animal communicator itu adalah penerjemah bahasa hewan, sehingga kita manusia mengerti apa yang mereka ucapkan atau rasakan. Kita itu lebih ke perantaranya, menjadi jembatan,” ujar William kepada Jabar Ekspres saat ditemui di kediamannya,

Pria yang tinggal di Jalan Budi Luhur Gegerkalong, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung itu menjelaskan komunikasi terjadi melalui metode mind power bukan secara verbal.

“Kalau kita sering mengikuti ilmu tentang pikiran, bisa tahu kalau pikiran itu terdiri dari pikiran sadar dan bawah sadar. Ketika masuk ke pikiran bawah sadar di mana kita itu lebih tenang dan rileks, itu hubungan bisa terjadi, sehingga kita bisa terkoneksi dengan hewan tersebut,” ungkapnya.

Untuk menjadi Animal Communicator, kata dia, merupakan ilmu yang dapat dipelajari dan bukan kemampuan sejak lahir. “Ini benar-benar ilmu komunikasi, di luar negeri ini lebih umum di Indonesia ini masih agak jarang, walau sekarang mulai bermunculan,” bebernya.

“Ini bukan ilmu supranatural, semua orang bisa belajar dan masuk kepada ilmu sains. Keilmuan ini dapat diaplikasikan dan dapat dipelajari secara terstruktur dan sistematis. Ketika kita bisa berbicara dengan binatang, bukan berarti kita mempunyai kekuatan ghaib, tapi kita tetap manusia biasa. Karena ini ilmunya komunikasi kita menjembatani antara owner dan pets-nya,” sambung William.

Dia mengutarakan, lewat profesi ini ia dapat membantu pemilik dan hewan peliharan agar saling mengerti dan menambah kedekatan. Menurutnya, profesi ini bisa menolong banyak orang. Karena jika terdapat kasus hewan sakit dan saat dibawa ke dokter hewan tidak ditemukan penyakitnya, animal communicator bertindak sebagai psikiater hewan.

Tak hanya itu, William juga mengatakan bisa berkomunikasi dengan hewan yang sudah meninggal. “Tepat sebelum sesi pernah ada klien yang hewannya meninggal, itu pengalaman yang berkesan sekali. Dia ingin bisa berkoneksi sama hewannya yang sudah meninggal, karena mungkin baca dari internet dan segala macam sudah umum sekali,” imbuh William

Kategori :