Yang terakhir, berdampak pada mental. Dia menjadi tidak percaya diri. Karena, toh, masyarakat pun tidak ada yang percaya pada dirinya.
"Siapa, sih, orang yang mau percaya ke residivis yang sudah 8 kali keluar-masuk penjara?" balik bertanya. "Kurang lebih dari selepas keluar SMA, tahun 1992 ke 2002."
Asep Coet, begitu sapaan akrabnya, lantas makin yakin untuk bunuh diri. Dia berniat gantung diri. Sebotol minuman berenergi peningkat adrenalin dan satu utas tali sudah berada di hadapannya.
"Saya (pakai) niat itu, gantung diri. 'Ya Allah izinkan saya untuk gantung diri. Tapi pengen masuk surga,'" pintanya.
"Mana ada, kan? saya waktu itu bertindak licik aja, dasar penjahat," jawabnya sambil terbahak.
Pandangan yang sudah tak tentu arah. Badan menggigil lantaran efek sakau, candu putaw (jenis narkoba). Menyertai Heri ketika hampir meregang nyawa.
Akan tetapi, dia masih diberi tenaga untuk sebatas berikrar memanjatkan doa lainnya. "Ya Allah, ketika engkau ampuni dosa-dosa saya, beri saya umur panjang, beri saya kesempatan kedua."
"Ketika saya diberi kesempatan kedua, akan dijadikan sisa hidup saya ini untuk membela mantan dan keluarga besar mantan narapidana. Nazar saya," imbuhnya.
Pada detik itu, kondisi kalut tiba-tiba hening. Tenang. Seisi ruangan gelap gulita. Dia sempat tidak sadarkan diri. Tepat seusai bernazar.
"Sewaktu adzan subuh, saya siuman dan sadar. Mencubit diri, sudah mati apa belum. Terus yang menjadi luar biasa. Saya tidak sakau lagi. Tidak menggigil," jelasnya.
Serasa diberi kesempatan kedua, Asep mulai berusaha menghidupkan doa-doanya. "Inilah, Yayasan Anugerah Insan Residivis bukti konsistensi saya ke janji tadi," tuturnya.
Melawan Stigma Negatif Residivis
Asep mengatakan, mantan narapidana (residivis) masih dicap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. "Selain dibenci masyarakat dan aparat setempat. Keluarga pun membenci," katanya.
Keadaan di luar lapas seolah tidak lebih jauh mengerikan. Menurutnya, bahkan di dalam lapas nasibnya jauh lebih baik. Hidup nyaman. Makan terjaga. Tidur aman.
"Nah, sekarang kalau kami keluar, menjadi residivis ini tanggung jawab siapa?" sesalnya.
Mulai dari sanalah, Asep mendirikan Yayasan Anugerah Insan Residivis pada awal tahun 2000. Kini lokasinya berada di Jl. Cikungkurak, Kec. Babakan Ciparay, Kota Bandung.