SUMEDANG - Maraknya hewan ternak sapi dan kambing terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjelang Idul Adha cukup menjadi sorotan. Pemerintah pun sudah memberikan instruksi, jika ada hewan ternak yang terjangkit PMK supaya dilakukan karantina atau isolasi.
Hal itu bertujuan supaya hewan yang sakit bisa ditangani secara intens dan bakteri PMK tidak terbawa hingga menularkan terhadap hewan ternak lainnya.
Salah seorang peternak sapi dan kambing di Sumedang sekaligus pengurus Kelompok Tani Sekar Wangi, Rahmat Hidayat mengatakan, dirinya tak terlalu mengkhawatirkan PMK.
Rahmat yang merupakan warga kampung Narongtong, RT01 RW10, Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang itu justru menganggap PMK bukanlah hal yang baru.
"Sebetulnya itu penyakit sudah lama ada dan banyak juga peternak yang mengalami hewannya sakit di mulut dan kuku. Jadi udah gak aneh kalau soal PMK," kata Rahmat kepada Jabar Ekspres di kediamannya, Senin (27/6).
Menurutnya, untuk saat ini paparan PMK bagi hewan ternak perlu diwaspadai. Sebab, jika ada satu saja hewan yang terjangkit, maka berpotensi menular kepada hewan ternak lain. Khususnya jika berada dalam kandang yang sama.
"Karena menularnya itu lewat perantara, ada medianya. Misal saya habis dari kandang yang sapinya kena PMK, ketika saya pulang kasih makan ternak saya, itu bisa tertular karena ada bakteri yang terbawa," ujarnya.
"Entah kotorannya di alas sepatu, atau mungkin menempel di badan atau bagian tubuh lain. Karena gak terlihat jadi bagusnya diwaspadai," lanjut Rahmat.
Dede menegaskan, dirinya sebagai peternak sapi dan kambing hanya bisa berharap pihak pemerintah dapat mengatasi penyebaran PMK.
"Ini sebetulnya karena cuaca dingin, jadi salah satu faktor muncul dan terkenanya hewan sakit PMK," imbuhnya.
"Sosialisasi dan edukasi ke peternak harus ada, supaya masyarakat dan peternak juga tidak terlalu khawatir. Karena kena PMK juga dagingnya tetap bisa dimakan gak bahaya, tapi bagusnya ya jangan kena PMK," tutup Rahmat. (bas)