Nama Nenek Hindun tiba-tiba menjadi perbincangan banyak orang, setelah Ketua Umum DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha membuat pernyataan terkait nama tersebut di Twitter.
Giring menyebut, nama Nenek Hindun pantas menjadi nama jalan. Karena yang bersangkutan adalah seorang warga yang menjadi korban jahatnya politik identitas dan politisasi agama di DKI Jakarta.
Cuitan mantan vokalis Band Nidji itupun langsung menjadi trending topic di twitter. #Giring jadi trending dengan lebih dari 6.000-an twit yang mengaitkan tema atau komentar Giring itu.
“Nama jalan (alm) nenek Hindun ini lebih tepat untuk diperjuangkan menjadi nama jalan baru di Jakarta untuk mengingatkan kita ada seorang warga yang menjadi korban jahatnya Politik Identitas dan Politisasi Agama," tulis Giring Ganesha, di akun pribadinya @Giring_Ganesha, Sabtu (25/6).
Ditegaskan Giring Ganesha, PSI ingin menarik garis tegas, tidak berkompromi dengan orang yang menghalalkan segala cara termasuk dengan memperalat agama.
“Tidak ada kompromi bagi PSI bagi mereka yang menghalalkan cara, memperalat agama, main mata, bergandeng tangan dengan kelompok intoleran, menggunakan ayat untuk menjatuhkan lawan politik,” twit Giring.
Dikatakan Giring, menggunakan politik Identitas, politisasi agama dan pemanfaatan rumah ibadah untuk sekedar jabatan gubernur semata.
“Jejak digital dan kerusakan di masyarakat yang ditimbulkan masih terasa hingga sekarang,” tandasnya.
Lalu siapa nenek Hindun? beredar sebuah unggahan di media sosial yang mengklaim bahwa warga bernama Nenek Hindun dikaitkan sebagai korban politisasi ayat dan mayat pada momentum Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tahun 2017 lalu.
Pada unggahan tersebut disematkan meme dengan narasi yang menolak untuk mensalatkan pendukung Ahok, yaitu dalam konteks tersebut Nenek Hindun.
Berdasarkan hasil penelusuran, klaim tersebut salah. Faktanya, Jenazah Nenek Hindun tetap disolatkan. Pihak kepolisian membantah isu bahwa terdapat penolakan solat Jenazah Nenek Hindun.
“Saya sudah konfirmasi sendiri ke pihak keluarga, bahwa tidak ada penolakan,” kata Kapolres Metro Jakarta Selatan saat itu, Kombes Iwan Kurniawan.
Lebih lanjut Iwan mengatakan bahwa Nenek Hindun tidak disalatkan di musala karena keterbatasan orang dan cuaca hujan. “Jadinya terpaksa Ustadz Syafi’i mensalatkan di rumah bu Hindun,” kata Iwan seperti dilansir turnbackhoax.id.
Dengan demikian, klaim jenazah Nenek Hindun ditolak dan tidak disalatkan adalah informasi yang sedikit keliru. (dis/rit)