Pengakuan Atlet Taekwondo Fidya Kamalinda yang Hilang Sejak 2015, Sering Dipukul dan Dibawa ke Dukun

Pengakuan Atlet Taekwondo Fidya Kamalinda yang Hilang Sejak 2015, Sering Dipukul dan Dibawa ke Dukun

Pengakuan Atlet Taekwondo Fidya Kamalinda yang Hilang Sejak 2015--

RADAR JABAR - Atlet Taekwondo asal Bandung, Fidya Kamalinda, dilaporkan menghilang sejak 2015 oleh kedua orang tuanya, Hindarto dan Khodijah. Setelah bertahun-tahun dicari, ia akhirnya muncul di media sosial dan memberikan klarifikasi melalui akun Instagram @ryukijanessa.

Dalam unggahan videonya, Fidya menjelaskan tentang pemberitaan yang menyebut dirinya telah menghilang selama satu dekade. "Nama saya Fidya Kamalinda, perkenalkan saya di sini mau menanggapi pemberitaan yang beredar di media sosial tentang diri saya," ujarnya sambil menunjukkan KTP sebagai bukti identitasnya.

Fidya membantah bahwa ia diculik pada tahun 2015. Sebaliknya, ia mengungkapkan bahwa kepergiannya dari rumah merupakan keputusan yang disengaja akibat tekanan yang ia alami dari orang tuanya, terutama sang ayah. "Kekerasan pertama yang bapak saya lakukan waktu saya umur 5 tahun saya pernah dijambak, ditendang, diseret oleh bapak saya sendiri dan itu berlanjut sampai tahun-tahun berikutnya," ungkapnya.

Ia mengaku tidak memahami alasan orang tuanya sampai tega melakukan tindakan tersebut kepadanya. Selain itu, Fidya juga menuturkan pengalaman terkait kebiasaan orang tuanya yang gemar mendatangi dukun. "Orang tua saya ini sangat suka datang ke dukun. Setiap saya mau tanding saya dibawa ke dukun dijampe-jampe diminta air doa, mandi bunga dan itu dilakukan setiap saya mau bertanding," jelasnya.

Ia merasa bingung dengan perlakuan kasar yang kerap diterimanya dari orang tuanya. Saat awal dilaporkan hilang, sempat beredar informasi bahwa Fidya ditepuk oleh seseorang saat keluar dari rumah pada tahun 2015. Namun, ia membantah klaim tersebut.

"Saat itu saya sudah 21 tahun saya merasa saya bisa menghidupi diri saya sendiri. Kenapa saya berani? karena saya sudah merasa lelah selama bertahun-tahun, saya merasa punya hak atas hidup saya sendiri," paparnya.

BACA JUGA:Jawa Barat Sabet Delapan Medali Emas di Cabang Taekwondo PON XXI Aceh-Sumut 2024

BACA JUGA:Klasemen Sementara Perolehan Medali Emas Taekwondo PON XXI

Fidya juga mengungkapkan bahwa orang tuanya memiliki ambisi besar agar dirinya meraih prestasi dalam berbagai kejuaraan Taekwondo, termasuk Pekan Olahraga Nasional (PON) pada saat itu. Namun, ketika mengalami kekalahan, ia justru mendapat tekanan fisik dan verbal dari orang tuanya.

Ia merasa kebingungan mengenai kepada siapa ia bisa menceritakan tekanan yang dialaminya. Selain itu, setiap kali memenangkan kejuaraan dan mendapatkan hadiah, Fidya mengaku tidak pernah menerima uang hadiah tersebut. Bahkan, untuk biaya kuliah pun ia harus mengandalkan uang sendiri.

"Itu juga hasil saya jualan online bukan dari pertandingan karena uang dari pertandingan diambil semua sama beliau," katanya.

Puncak tekanan yang dialaminya terjadi saat Porda 2014, yang menjadi pertandingan terakhirnya. Dalam ajang tersebut, ia mengalami kekalahan, yang kemudian berujung pada tekanan berat hingga berdampak pada kondisi mentalnya. "Emang kenapa kalau saya kalah kan namanya pertandingan ada menang ada kalah. Kalau alasannya karena uang kenapa saya yang harus bertanggungjawab?" paparnya.

Saat ini, Fidya mengungkapkan bahwa ia telah menikah dengan seorang pria, di mana pernikahannya dilakukan tanpa wali dari orang tua, melainkan melalui wali hakim di Bekasi. "Dan sekarang saya udah punya anak," katanya.

Ia juga menceritakan bahwa ketika hamil dengan usia kandungan empat bulan, ia sempat dipanggil oleh Polda Jabar untuk menjalani mediasi dengan orang tuanya. Fidya pun menggambarkan bagaimana situasi saat proses mediasi berlangsung. Kemudian, ia kembali bertemu keluarganya di Disdukcapil Kota Bandung ketika anaknya berusia tiga tahun. Namun, dalam pertemuan tersebut, ia justru dipisahkan dari anaknya.

Sumber: