Utusan PBB untuk Urusan Air, Retno Marsudi, Serukan Penguatan Kerja Sama Global dalam Pengelolaan Air

Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Air Retno Marsudi (kanan) memberikan paparan mengenai kerja sama air global pada International Symposium on Water and Disaster for Cooperation and Partnerships, di Tokyo, Rabu--ANTARA/HO-KBRI Tokyo
RADAR JABAR - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Air, Retno Marsudi, menyerukan penguatan kerja sama global dalam pengelolaan Air dengan berlandaskan Prinsip-prinsip Bandung. Ajakan ini disampaikan dalam International Symposium on Water and Disaster for Cooperation and Partnerships di Tokyo pada Rabu (5/3).
Retno menekankan bahwa dengan berpegang pada Prinsip-prinsip Bandung, dunia dapat menemukan solusi dan memperkuat kolaborasi dalam pengelolaan air. Ia menyoroti pentingnya aksi nyata untuk mewujudkan komitmen global dalam menangani krisis air.
"Dengan berpedoman pada Prinsip-prinsip Bandung, kita dapat menemukan cara dan memperkuat kerja sama air global. Masyarakat global harus melipatgandakan upaya dan bekerja sama untuk memastikan bahwa komitmen-komitmen tersebut dapat diterjemahkan ke dalam tindakan nyata,” ujar Retno Marsudi di rilis pers KBRI Tokyo pada Rabu (5/3).
Berdasarkan data tahun 2023, hampir semua wilayah di dunia mengalami keterbatasan pasokan air, dengan Afrika sebagai salah satu kawasan yang paling terdampak—hanya 15 persen penduduknya yang memiliki akses ke air bersih.
BACA JUGA:Trump Bela Keputusan Pembekuan Dana Bantuan Luar Negeri lewat USAID
BACA JUGA:Krisis Kemanusiaan Gaza: Israel Batasi Masuknya Alat Berat untuk Pembersihan Puing
Oleh karena itu, Retno menegaskan perlunya solidaritas global untuk membantu negara-negara yang mengalami kesulitan dalam penyediaan air bagi masyarakatnya.
“Merupakan kewajiban kita untuk membangun rasa solidaritas bersama untuk mendukung negara-negara tersebut dalam meningkatkan kapasitas mereka untuk penyediaan air bagi masyarakat. Saya yakin simposium ini adalah bagian dari upaya kita membina kerja sama untuk mengatasi masalah air melalui tindakan," katanya.
Ia juga mengapresiasi komitmen tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga berbagai pemangku kepentingan dalam mengangkat isu air ke tingkat agenda politik global. Sebagai bagian dari upaya ini, sedang dipersiapkan langkah-langkah global menuju Konferensi Air PBB 2026 untuk menindaklanjuti hasil dari Konferensi Air PBB 2023.
Retno menutup pidatonya dengan menegaskan bahwa Konferensi Air PBB 2026 dapat menjadi momentum transformasi dalam memastikan air berperan dalam pembangunan dan perdamaian melalui kerja sama global.
BACA JUGA:Zelenskyy Tunda Kunjungan ke Arab Saudi, Dijadwalkan Ulang pada Maret
BACA JUGA:Tahanan Palestina yang Dibebaskan Sudah Tiba di Gaza
“Konferensi Air PBB 2026 dapat menjadi momentum transformasi. Prinsip-prinsip Bandung telah menetapkan jalan bagi kita untuk memastikan bahwa air memberikan kontribusi bagi pembangunan dan perdamaian dan itu hanya dapat dilakukan melalui kerja sama,” tutupnya.
Simposium ini juga dihadiri oleh Kaisar Naruhito serta sejumlah tokoh penting lainnya, termasuk mantan Presiden Slovenia sekaligus Presiden Club de Madrid, Prof. Danilo Turk, serta mantan Perdana Menteri Bhutan dan anggota Club de Madrid, Jigmi Yoezer Thinley.
Sumber: