Warga Rayakan Gencatan Senjata Israel di Gaza
Warga Rayakan Gencatan Senjata Israel di Gaza-ANTARA-
RADAR JABAR - Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza telah resmi tercapai.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers di Doha pada Rabu (15/1) waktu setempat. Gencatan senjata ini dirancang untuk mengakhiri serangan dan tindakan yang dianggap sebagai genosida di Gaza, serta terdiri dari tiga tahap yang akan mulai berlaku pada Minggu (19/1).
Meski Mahkamah Internasional (ICJ) telah memerintahkan Israel untuk menghentikan serangannya, terutama di Rafah, Gaza selatan, yang dinilai melanggar Konvensi Genosida, agresi tetap berlangsung hingga saat ini.
Situasi di lapangan masih penuh kepedihan: sebuah ambulans terlihat melaju melewati kerumunan menuju rumah sakit, disertai seruan "Allahu Akbar" yang bergema. Anak-anak kecil, sebagian tampak kebingungan, berlarian di antara orang dewasa yang berkumpul di luar rumah sakit.
Sekelompok anak laki-laki menyanyikan lagu tentang perlawanan, sementara beberapa orang dewasa merekam momen tersebut menggunakan ponsel mereka. Gencatan senjata yang diumumkan Sheikh Mohammed ini diharapkan menjadi langkah penting untuk mengakhiri penderitaan di Gaza.
"Kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dan sandera, dan (para mediator) mengumumkan gencatan senjata dengan harapan mencapai gencatan senjata permanen antara kedua belah pihak," ujarnya dalam konferensi pers.
BACA JUGA:Joe Biden Ungkap Kemajuan Nyata Sudah Dicapai dalam Kesepakatan Gaza
BACA JUGA:Gaza Idamkan Damai
Serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah mengakibatkan 46.707 warga Palestina tewas dan 110.265 lainnya terluka. Selain itu, lebih dari 10.000 orang masih dinyatakan hilang dan diyakini tertimbun di bawah puing-puing rumah mereka yang hancur akibat pengeboman.
Menurut pihak Palestina dan organisasi internasional, mayoritas korban jiwa dari serangan ini adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan tersebut juga memaksa hampir dua juta warga Gaza mengungsi ke Rafah, sebuah kota di Gaza selatan yang berbatasan dengan Mesir, sehingga membuat kawasan itu semakin padat.
Peristiwa ini menjadi salah satu gelombang pengungsian terbesar sejak tragedi Nakba yang terjadi pada awal berdirinya negara Israel pada tahun 1948.
Sumber: