Claudia Sheinbaum dan Donald Trump Bahas Kerja Sama Migrasi dan Tarif Perdagangan
Tangkapan layar Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Pardo tersenyum lebar saat mendengar Presiden Prabowo menyerukan “Viva Zapata!”, di sela pertemuan negara-negara MIKTA di Brasil, Senin (18/11/2024) waktu setempat. --ANTARA/YouTube Sekretariat Presiden
RADAR JABAR - Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengadakan percakapan melalui telepon dengan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, membahas isu migrasi dan ancaman penerapan tarif perdagangan baru.
"Saya melakukan percakapan yang menyenangkan dengan Presiden Donald Trump. Kami mempertimbangkan strategi Meksiko mengenai fenomena migrasi, dan saya mengatakan kepadanya bahwa rombongan (migran) tidak sampai di perbatasan utara karena mereka telah ditangani di Meksiko," tulis Sheinbaum di platform X.
Sheinbaum juga menyampaikan komitmen Meksiko dalam memperkuat kerja sama keamanan dengan tetap menghormati kedaulatan, serta upaya negaranya untuk mencegah konsumsi fentanil.
"Kami juga berbicara tentang memperkuat kerja sama dalam masalah keamanan dalam kerangka kedaulatan kami dan kampanye yang kami lakukan di negara ini untuk mencegah konsumsi fentanil," tambahnya.
BACA JUGA:Donald Trump Tunjuk Jenderal Purnawirawan Sebagai Utusan Khusus Konflik Rusia-Ukraina
BACA JUGA:UNIFIL Tegaskan Komitmen Awasi Gencatan Senjata Israel-Hizbullah
Percakapan ini terjadi setelah Trump menyatakan rencananya untuk memberlakukan tarif 25 persen terhadap barang impor dari Meksiko dan Kanada, sebagai respons terhadap masalah imigrasi ilegal dan masuknya obat-obatan terlarang ke AS.
Sebagai respons, Sheinbaum mengirim surat kepada Trump, menyebut potensi penerapan tarif balasan yang dapat memengaruhi perusahaan-perusahaan besar AS seperti General Motors, Stellantis, dan Ford Motor.
Menteri Perekonomian Meksiko, Marcelo Ebrard, menambahkan bahwa tarif baru akan berdampak signifikan pada industri AS, termasuk ancaman kehilangan pekerjaan bagi sekitar 400.000 orang di sektor industri dan teknologi.
Trump, yang sebelumnya mengkritik kebijakan imigrasi pemerintahan Biden, berjanji untuk memperketat kontrol perbatasan dan melanjutkan pembangunan tembok perbatasan jika kembali menjabat pada 2025.*
Sumber: antara