Rusia dan China Perkuat Kerja Sama Militer dan Ekonomi dengan Transparansi
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing pada Selasa (9/4/2024).--ANTARA/Xinhua
RADAR JABAR - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menegaskan bahwa Rusia dan China terus memperkuat kerja sama industri militer dan pertahanan secara intensif dengan transparansi penuh dan tidak menargetkan negara ketiga.
Dalam sebuah artikel untuk harian Rossiyskaya Gazeta, Lavrov menyebutkan bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi antara kedua negara memungkinkan adanya pengembangan kerja sama militer, termasuk latihan bersama, patroli udara dan laut, serta interaksi di wilayah perbatasan.
"Tingkat rasa saling percaya yang tinggi memungkinkan kami untuk secara intensif mengembangkan kerja sama militer dan teknis militer, melakukan latihan militer bersama, menyelenggarakan patroli udara dan laut, serta melakukan interaksi persahabatan di kawasan perbatasan bersama," ujarnya.
Lavrov dalam artikelnya yang ditulis untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Rusia dan China menyatakan bahwa semua langkah ini diharapkan dapat memperkuat keamanan kedua negara, serta menjaga stabilitas internasional dan regional, terutama di kawasan Eurasia Raya.
BACA JUGA:Peringatan Aktivitas Vulkanik di Jepang dan Filipina: Potensi Letusan Meningkat
BACA JUGA:Claudia Sheinbaum Resmi Jadi Presiden Wanita Pertama Meksiko
"Tindakan kami benar-benar transparan, diambil sesuai dengan hukum internasional dan tidak ditujukan terhadap negara ketiga," ujar Menlu Rusia itu.
Lavrov menyatakan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat keamanan Rusia dan China serta menjaga stabilitas regional dan internasional, terutama di kawasan Eurasia Raya. Ia juga menekankan bahwa langkah-langkah yang diambil sepenuhnya sesuai dengan hukum internasional.
"Struktur perekonomian nasional negara kami memiliki tingkat saling melengkapi yang tinggi. Selama bertahun-tahun, China telah menjadi mitra dagang utama kami. Tahun lalu, Rusia menduduki peringkat pertama dalam hal tingkat pertumbuhan perdagangan dengan China," ujarnya.
Meski menghadapi sanksi dari Amerika Serikat dan sekutunya, perekonomian Rusia dan China terus tumbuh dengan kuat. Lavrov mengungkapkan bahwa China telah lama menjadi mitra dagang utama Rusia, dengan perdagangan bilateral pada tahun 2023 melampaui 200 miliar dolar AS.
BACA JUGA:Menguak Fakta White Party P Diddy yang Liar dan Penuh Pelecehan Seksual, Banyak Korban Anak
BACA JUGA:Seruan Mendunia: Slovenia Desak Israel Hentikan Kekerasan di Gaza dan Lebanon
Lebih dari 95 persen transaksi bilateral kini menggunakan mata uang nasional, rubel dan yuan.
"Saya secara khusus ingin mencatat bahwa penyelesaian bilateral hampir sepenuhnya dikonversi ke mata uang nasional – rubel dan yuan: sekarang porsinya telah mencapai 95 persen," ujar Lavrov
Sumber: antara