PBB Desak Penghentian Serangan RSF di Darfur Utara
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres "sangat khawatir" atas laporan serangan skala penuh di kota El Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, oleh Pasukan Pendukung Cepat (RSF), kata juru bicaranya pada Sabtu (21/9/2024)--ANTARA/Anadolu/py
RADAR JABAR - Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyampaikan kekhawatirannya yang mendalam atas laporan serangan besar-besaran di El Fasher, ibu kota Darfur Utara, oleh Pasukan Pendukung Cepat (RSF). Melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric, pada Sabtu (21/9), Guterres mendesak Letnan Jenderal Mohamed Hamdan 'Hemedti' Dagalo untuk segera menghentikan serangan tersebut.
"Adalah tidak dapat diterima bahwa pihak-pihak yang berperang terus-menerus mengabaikan seruan untuk menghentikan permusuhan. Setiap eskalasi lebih lanjut juga akan mengancam untuk menyebarkan konflik di sepanjang garis antarkomunitas di seluruh Darfur," ujar Guterres.
Menurut Guterres, tindakan pihak-pihak yang berperang ini tidak dapat diterima karena terus mengabaikan seruan untuk menghentikan permusuhan. Dia memperingatkan bahwa eskalasi lebih lanjut dapat memperluas konflik di Darfur, memicu kekerasan antarkomunitas.
Gencatan senjata, menurut PBB, adalah kebutuhan mendesak untuk menghentikan krisis kemanusiaan yang telah menjadi bencana di El Fasher dan wilayah konflik lainnya di Sudan. Situasi kemanusiaan yang memburuk telah membuat ratusan ribu orang sangat membutuhkan bantuan.
BACA JUGA:Biden: Kami Punya Jalan Panjang Selesaikan Ketegangan Lebanon, Israel
BACA JUGA:Hamas Tuduh Israel Rekrut Pencari Suaka Afrika untuk Berperang di Gaza
PBB menekankan bahwa semua pihak dalam konflik memiliki kewajiban di bawah hukum kemanusiaan internasional untuk melindungi warga sipil. Serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil harus dihentikan, dan perlindungan terhadap mereka harus menjadi prioritas.
Guterres mengingatkan bahwa Utusan Khusus PBB, Ramtane Lamamra, terus berupaya untuk mengupayakan perdamaian. Selain itu, organisasi kemanusiaan juga siap memberikan bantuan lebih lanjut di El Fasher dan wilayah-wilayah terdampak di seluruh Sudan.
Sudan saat ini terjebak dalam konflik bersenjata antara pasukan militer yang dipimpin oleh Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala Dewan Kedaulatan, dan RSF yang dipimpin oleh Dagalo. Sejak April 2023, lebih dari 12.000 orang telah tewas dan 33.000 lainnya terluka, dengan hampir 6,8 juta orang mengungsi.
Beberapa upaya gencatan senjata yang dimediasi oleh Arab Saudi dan AS belum berhasil menghentikan kekerasan.*
Sumber: antara