Mengenal Soft Approach: Strategi Satgas Cartenz dalam Misi Pembebasan Pilot Philips

Mengenal Soft Approach: Strategi Satgas Cartenz dalam Misi Pembebasan Pilot Philips

Mengenail soft approach yang digunakan satgas cartenz dalam pembebasan pilot philips--Foto: Freepik

RADAR JABAR - Pendekatan soft approach yang digunakan oleh Satgas Operasi Damai Cartenz dalam upaya membebaskan pilot Philip Mark Mehrtens adalah metode yang mengedepankan dialog, negosiasi, dan diplomasi damai dibandingkan penggunaan kekuatan militer atau kekerasan.

Pendekatan ini bertujuan untuk mencapai solusi tanpa menimbulkan korban jiwa atau kerugian yang besar, baik bagi pihak keamanan, masyarakat sipil, maupun pihak yang terlibat langsung, seperti sandera.

Strategi ini dinilai efektif dalam situasi krisis yang melibatkan pihak-pihak dengan kepentingan berbeda, seperti penyanderaan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Apa Itu Pendekatan Soft Approach?

Pendekatan soft approach adalah strategi yang memprioritaskan penggunaan cara-cara damai dalam menangani konflik atau situasi berisiko tinggi. Alih-alih menggunakan kekuatan fisik atau senjata, soft approach melibatkan negosiasi, persuasi, dan kerja sama dengan tokoh-tokoh penting yang memiliki pengaruh di daerah atau kelompok tertentu.

BACA JUGA:Satgas Cartenz: Pembebasan Pilot Philips Berhasil Berkat Pendekatan ‘Soft Approach’

BACA JUGA:Update Harga Pangan: Daging Ayam Ras Turun Jadi Rp34.400 per Kg

Dalam konteks pembebasan sandera, metode ini sering melibatkan pihak ketiga, seperti pemuka agama, tokoh adat, atau anggota keluarga dari pelaku, untuk membuka jalur komunikasi yang lebih manusiawi dan mempersempit ruang konflik.

Dalam upaya membebaskan pilot Philip, Satgas Damai Cartenz memilih pendekatan damai ini untuk menghindari kekerasan yang bisa berujung pada korban jiwa. Pilot Philip telah disandera oleh KKB selama lebih dari 1,5 tahun, dan Satgas mengutamakan negosiasi serta dialog daripada operasi militer.

Brigjen Pol. Faizal Ramadhani, Kepala Operasi (Kaops) Damai Cartenz 2024, menjelaskan bahwa pihaknya melakukan komunikasi intensif dengan berbagai tokoh penting, seperti tokoh agama, pemuka adat, perwakilan gereja, dan keluarga dekat dari Egianus Kogoya, pemimpin KKB yang bertanggung jawab atas penyanderaan.

Melibatkan pihak-pihak ini sangat penting karena mereka memiliki pengaruh kuat di kalangan masyarakat setempat dan kelompok bersenjata. Dengan cara ini, Satgas berhasil menciptakan jalur komunikasi yang lebih aman dan terbuka, di mana negosiasi dapat dilakukan tanpa menambah ketegangan atau risiko pertempuran.

BACA JUGA:Bocor! Kaesang Pangarep Diketahui Pernah Pakai Jet Pribadi dari Jakarta ke Solo

BACA JUGA:Kemenko Marves Perkuat Literasi Kemaritiman dengan Edukasi di Museum Bahari

Pendekatan ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan tindakan kekerasan atau operasi militer. Pertama, dengan menggunakan dialog, risiko korban jiwa bisa diminimalkan. Tidak hanya bagi sandera, tetapi juga bagi aparat keamanan dan masyarakat sipil yang mungkin berada di sekitar area konflik.

Kedua, soft approach juga lebih mempertimbangkan aspek kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini sejalan dengan prinsip-prinsip operasi kemanusiaan di mana keselamatan semua pihak menjadi prioritas utama.

Sumber: