Biden Sebut NATO Berikan Sistem Pertahanan Udara Bersejarah ke Ukraina
Pertemuan negara-negara anggota EU dan NATO yang akan menggenjot produksi senjata dan meningkatkan pengadaan senjata untuk membantu pertempuran Ukraina di garis depan. -Xinhua-ANTARA
RADAR JABAR - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa sekutu NATO mendukung Ukraina dengan menyediakan puluhan sistem pertahanan udara baru yang bersejarah untuk Kiev dalam beberapa bulan mendatang guna menghalau serangan udara Rusia yang terus berlanjut.
“Sumbangan bersejarah peralatan pertahanan udara untuk Ukraina akan mencakup kontribusi dari Jerman, Italia, Belanda, Rumania, dan Amerika Serikat," ujar Biden dalam peringatan ulang tahun ke-75 NATO di Washington, Selasa (9/7).
BACA JUGA:Apa Itu Virus West Nile yang Kini Melanda Israel, Lebih dari 150 Warga Terpapar
Jerman, Rumania, dan AS akan bersama-sama memberi Ukraina baterai Patriot tambahan, sementara Belanda dan “mitra lainnya” akan mengirimkan “komponen Patriot” tambahan.
Tak hanya dari ketiga negara tersebut, Italia akan mengirimkan lima sistem SAMP-T tambahan untuk berupaya membantu Ukraina.
BACA JUGA:Diplomat AS ke Timur Tengah untuk Mediasi Gencatan Senjata di Gaza
Selain itu, Biden menyatakan bahwa AS dan sekutu NATO lainnya juga akan mengirimkan puluhan sistem pertahanan udara taktis tambahan ke Ukraina dalam beberapa bulan mendatang. Sistem tersebut meliputi NASAMS, HAWKs, IRIS T-SLM, IRIS T-SLS, dan Gepard.
Presiden Amerika Serikat itu juga menyebutkan pengumuman sebelumnya tentang penghentian ekspor ratusan amunisi pencegat pertahanan udara ke sekutu dan mitra lain untuk dialihkan ke Kiev, mengingat negara tersebut terus menghadapi serangan drone dan rudal balistik Rusia.
BACA JUGA:Korea Selatan Tekan Dokter Magang Mogok dengan Ancaman Kuota Berikutnya
Ia menambahkan bahwa Rusia gagal dalam "perang pilihannya" melawan Ukraina dan menyatakan bahwa dalam lebih dari dua tahun konflik, lebih dari 350.000 tentara telah terbunuh atau terluka.
“Hampir satu juta orang Rusia lainnya telah meninggalkan negaranya “karena mereka tidak lagi melihat masa depan di Rusia,” tambahnya.*
Sumber: antara