Ada 48 Orang, Begini Nasib WNI di Ekuador yang Dilanda Konflik Bersenjata

Ada 48 Orang, Begini Nasib WNI di Ekuador yang Dilanda Konflik Bersenjata

Anggota staf duduk di jalanan setelah dievakuasi dari stasiun saluran televisi TC setelah sekelompok pria bersenjata merusak set mereka selama siaran langsung, di Guayaquil, Ekuador, Selasa, 9 Januari 2024.-AP/Cesar Munoz-

RADAR JABAR - Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan bahwa tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam konflik kekerasan yang terjadi di Ekuador.

“Berdasarkan komunikasi dengan komunitas WNI, hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha melalui pesan singkat, Jumat.

Menurut laporan dari KBRI Quito, jumlah total WNI yang tinggal di Ekuador saat ini mencapai 48 orang. Sebagian dari mereka adalah paderi atau misionaris yang bekerja di daerah terpencil di luar wilayah Guayaquil. Sementara itu, sebagian lainnya merupakan staf dan keluarga KBRI yang tinggal di Ibu Kota Quito.

“Secara khusus, KBRI juga telah memonitor kondisi WNI di Guayaquil. Tercatat satu WNI perempuan tercatat menetap di wilayah tersebut, tetapi saat ini yang bersangkutan terpantau tengah berada di luar wilayah wilayah Ekuador,” terang Judha.

BACA JUGA:Presiden Ekuador Nyatakan Perang dengan Geng Narkoba

Dia menjelaskan bahwa KBRI terus berkomunikasi dengan WNI dan merencanakan langkah-langkah antisipatif jika situasi terus memburuk.

Pada 8 Januari 2024, Pemerintah Ekuador mengumumkan kondisi darurat setelah terjadinya kerusuhan di wilayah Guayaquil yang melibatkan kelompok geng bersenjata.

Presiden Ekuador, Daniel Noboa, menyatakan perang terhadap kartel narkoba setelah tiga hari gelombang kekerasan, di mana geng-geng tersebut bentrok dengan angkatan bersenjata, menyebabkan 11 korban tewas.

Tindakan kekerasan, seperti pembakaran kendaraan, blokade, dan pemboman, juga dilaporkan terjadi di beberapa provinsi.

Pada saat yang sama, lembaga pemasyarakatan nasional mengumumkan bahwa narapidana telah menyandera 139 sipir penjara pada hari Rabu.

Gelombang kekerasan di negara tersebut dipicu oleh pelarian Jose Adolfo Macias, yang dikenal sebagai "El Fito," pemimpin dari kelompok kekerasan "Los Choneros."

Kelompok ini mengendalikan perdagangan narkotika di negara tersebut dan diduga memiliki keterkaitan dengan Kartel Sinaloa, sebuah sindikat kriminal dari Meksiko.

Pada pekan sebelumnya, Macias berhasil melarikan diri bersama dengan beberapa narapidana lainnya dari penjara Litoral Guayaquil.

Sumber: