Hamas Beri Pesan untuk Umat Kristen Palestina

Hamas Beri Pesan untuk Umat Kristen Palestina

Hamas Beri Pesan untuk Umat Kristen Palestina-Ist-

RADAR JABAR - Perayaan Natal 2023 di Gaza dan wilayah Palestina tahun ini terasa berbeda karena adanya konflik berkelanjutan antara Hamas dan Israel.

Kondisi ini membawa berbagai kendala bagi umat Kristen di daerah tersebut. Hamas menyampaikan pesan kepada umat Kristen dunia melalui akun Telegramnya pada Natal 2023, menunjukkan penghargaan pada mereka yang menghadapi pembatasan dalam merayakan Natal dan lebih memfokuskan diri pada ritual keagamaan.

Hamas mencatat bahwa banyak umat Kristen di Gaza dan wilayah Palestina kehilangan gereja akibat serangan rudal Zionis sejak Oktober sebelumnya. Organisasi tersebut mengklaim bahwa serangan Israel bertujuan merusak semua yang ada di Gaza, termasuk masjid, gereja, dan infrastruktur lainnya.

“Kami Islamic Resistance Movement atau Hamas dalam kesempatan ini memuji sikap terhormat rekan-rekan Kristen yang membatasi perayaan tahun ini dengan fokus pada ritual keagamaan,” tulis Hamas di akun telegramnnya.

BACA JUGA: Hamas Kritik Resolusi PBB Sebagai Langkah yang Kurang Memuaskan

“Pilihan sadar ini menegaskan kembali kekerabatan mereka yang tak tergoyahkan dengan rakyat kami di Jalur Gaza yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis, yang mencerminkan komitmen kolektif rakyat kami, seluruh Muslim dan Kristen, untuk berdiri teguh dalam mempertahankan tanah kami dan melestarikan identitas, menjaga kesucian tempat suci Islam dan Kristen,” tambahnya.

Tidak hanya di Gaza, perayaan Natal di Yerusalem pada tahun ini juga tidak seceria pada tahun-tahun sebelumnya. Beberapa warga Yerusalem bahkan menyatakan bahwa mereka tidak menempatkan pohon Natal sebagai simbol penting perayaan Natal tahun ini.

Mereka juga mencatat ketidakadaan dekorasi, dengan lagu-lagu Natal menjadi satu-satunya yang terdengar, sehingga membuat perayaan Natal tahun ini tidak menciptakan suasana seperti Natal pada umumnya.

Uskup Emeritus dari Gereja Lutheran, Munib Younan, menyatakan keinginan untuk merayakan Natal, tetapi keputusan tersebut dibatalkan karena banyaknya anak-anak di Gaza yang kehilangan tempat tinggal mereka.

“Membuat pohon Natal merupakan kegembiraan, namun sekarang ini merupakan saat yang menyedihkan. Banyak yang kehilangan anggota keluarga dan menurut adat kami, tidak boleh menanam pohon pada saat itu, karena kami akan fokus untuk berdoa,” katanya.

Pada tanggal 10 November yang lalu, pemimpin gereja di Yerusalem mengeluarkan sebuah pernyataan bersama, menegaskan tekad untuk berdiri teguh di tengah-tengah penderitaan yang dialami oleh banyak orang.

Mereka juga memutuskan untuk tidak mengadakan perayaan apapun dan mengajukan seruan untuk memberikan advokasi, doa, serta kontribusi secara murah hati kepada para korban perang yang sedang mengalami kesulitan.

Oleh karena itu, segala kegiatan terkait dengan perayaan Natal di luar ibadah, termasuk pasar Natal tahunan di sekitar Gerbang Baru, pesta, dan pertemuan hari raya, hanya dijalankan dengan cara yang sederhana, melibatkan makanan sederhana dan kehadiran dalam Misa.

Sumber: