4 Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Terlalu Banyak Bicara

4 Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Terlalu Banyak Bicara

Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Terlalu Banyak Bicara-Ilustrasi/Unsplash-

RADAR JABAR - Kenapa orang bijak sering digambarkan sebagai individu yang kurang banyak berbicara? Jika mereka berbicara, cenderung tidak terlalu mengumbar kata-kata agar terkesan singkat dan to the point.

Ini mungkin karena sejak kecil kita sudah diberi kesan bahwa pembuat kebijaksanaan tidak selalu identik dengan orang yang banyak bicara atau bertutur panjang lebar.

Orang bijak cenderung lebih memilih mendengarkan daripada berbicara, bukan karena tidak suka atau enggan berbicara, tetapi karena mereka hanya berbicara jika benar-benar diperlukan dan memahami masalahnya.

Allah menciptakan kita dengan dua telinga dan satu mulut, mungkin sebagai pengingat bahwa lebih baik mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Keselamatan seseorang seringkali terletak pada kemampuannya untuk menjaga lidahnya dan merenung sebelum menyampaikan pendapat.

Di zaman teknologi digital saat ini, jarak antara komunikasi telah berkurang, dan banyak orang cenderung terlalu banyak berbicara, terutama di media sosial.

Pertanyaannya, mengapa mendengarkan dianggap lebih baik daripada berbicara? Hal ini terkait dengan ide bahwa berbicara terlalu banyak tidak sesuai dengan ajaran agama. Terlalu banyak bicara sering dianggap tidak baik, dan kualitas berbicara lebih diutamakan daripada kuantitas.

BACA JUGA:8 Gaya Bicara Ini Bisa Ungkap Kepribadian Seseorang, Kamu yang Mana Nih?

Oleh karena itu, sebaiknya kita memilih untuk berbicara hanya ketika diperlukan dan memiliki pemahaman yang baik terhadap masalah yang dibahas.

Alasan Mengapa Tidak Boleh Terlalu Banyak Bicara

Ada banyak alasan mengapa kita tidak boleh terlalu banyak bicara, terutama pada hal-hal yang kurang penting. Berikut 4 alasan diantaranya.

1. Menghindari Potensi Salah Bicara

Berbicara sedikit dapat mengurangi potensi kesalahan, sementara berbicara banyak dapat meningkatkan kemungkinan salah ucap. Mengutip kata-kata Umar Bin Khattab, "Aku tidak pernah menyesali diamku, tapi aku sering menyesali apa yang aku ucapkan."

Semakin sering kita berbicara, semakin besar peluang membuat kesalahan atau khilaf. Ini adalah hal yang wajar dan lumrah. Jangan mengira bahwa berbicara di zaman sekarang hanya melibatkan lidah. Dalam era modern ini, komunikasi juga dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti jari-jari kita.

Semakin banyak kita berbicara, baik melalui lidah maupun media, potensi kesalahan semakin besar. Meskipun peluang untuk hal yang baik selalu ada, perhatikan orang-orang di zaman sekarang yang akhirnya terlibat dalam masalah hukum. Apakah mereka berbicara secara bijak dan sedikit? Cermati dan jawabannya mungkin sudah jelas.

Intinya, berbicara dengan hemat, menggunakan kata-kata yang tepat, dan mengatur timing dengan cerdas adalah kunci. Jangan mengartikan hemat sebagai larangan berbicara, tetapi sebagai kebijaksanaan dalam menyampaikan pendapat.

2. Membuka Celah Orang Lain Memprediksi Diri Kita

Bicara secara berlebihan dapat membuat diri mudah diprediksi dalam berbagai hal, termasuk sikap dan pendapat. Ketika berbicara sesuai dengan bidang keahlian, itu dapat dianggap sebagai kontribusi yang baik dan bermanfaat.

Sumber: