Dinkes Cianjur Tingkatkan Pengobatan dan Pencegahan HIV/AIDS

Dinkes Cianjur Tingkatkan Pengobatan dan Pencegahan HIV/AIDS

Seorang dokter yang membawa pita merah sebagai simbol kesadaran HIV/AIDS--Freepik/Jcomp

RADAR JABAR - Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meningkatkan upaya pengobatan dan pencegahan penyebaran HIV/AIDS dengan memberikan edukasi tentang dampak penyimpangan seks dan seks bebas di sekolah-sekolah dan pabrik-pabrik.

 

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, dr. Frida Layla Yahya, di Cianjur, menyatakan bahwa sepanjang periode tahun 2001 hingga 2023, jumlah warga yang terinfeksi HIV/AIDS mencapai 1.922 orang, tersebar di berbagai wilayah di Cianjur.

 

"Penambahan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terbanyak terjadi tahun 2022 sebanyak 219 orang, sedangkan tahun 2023 terdapat 183 ODHA yang berhasil dideteksi," ujarnya

BACA JUGA:Tingkatkan Keterampilan dan Perekonomian, KKM Desa Kedokan Agung Gelar Budi Daya Maggot BSF

 

Frida menekankan bahwa angka tersebut kemungkinan akan terus meningkat karena diperkirakan masih banyak ODHA yang tidak teridentifikasi dan tidak melaporkan kasusnya. Dalam tiga tahun terakhir, penularan HIV/AIDS terbanyak disebabkan oleh hubungan sesama jenis atau laki-laki seks laki-laki (LSL).

 

Dari total 183 ODHA yang terdeteksi, 137 di antaranya adalah laki-laki dan 46 lainnya perempuan. Jumlah tersebut berasal dari skrining terhadap 19.844 orang yang diperiksa oleh Dinkes Cianjur hingga September 2023.

 

“Populasi kunci yang harus kita skrining untuk mengetahui jumlah kasus HIV/AIDS seperti ibu hamil. Dari 16.727 orang yang kita periksa, 10 di antaranya ternyata positif HIV/AIDS. Untuk yang terdeteksi seluruhnya diedukasi untuk mengonsumsi obat anti retroviral (ARV) di fasilitas kesehatan," ujarnya.

 

Pemberian ARV dianggap sebagai langkah pencegahan penularan HIV/AIDS, dengan menjaga kesehatan tubuh pasien karena virusnya ditekan, sehingga mereka tetap dapat beraktivitas normal. Selain itu, mereka diberikan edukasi untuk meninggalkan perilaku risiko, seperti kepada LSL agar tidak lagi melakukan seks sesama jenis.

Sumber: antara