Kisah Nabi Zarathustra Bawa Ajaran Agama Majusi Tapi Tidak Menyembah Api

Kisah Nabi Zarathustra Bawa Ajaran Agama Majusi Tapi Tidak Menyembah Api

Kisah nabi Zarathustra dan agama Majusi-Flickr.com/swiss.frog-

RADAR JABAR - Terdapat seorang nabi yang diutus kepada bangsa Persia kuno. Nabi ini diperkirakan diutus antara abad ke-7 atau abad ke-6 Masehi. Ini berarti bahwa dia hidup hampir sezaman dengan Raja Cyrus Agung, yang merupakan raja pertama dari dinasti Achaemenid di Persia.

Raja Cyrus sendiri adalah seorang penganut agama tauhid yang menyembah hanya kepada satu Tuhan tunggal. Belakangan diketahui bahwa Cyrus Agung adalah Zulkarnain yang diceritakan dalam Al-Quran.

Nabi yang diutus hampir sezaman dengan Cyrus Agung ini bernama Zarathustra, atau dengan nama lain, dikenal sebagai Zoroaster. Nama Zarathustra memiliki arti "dia yang memiliki unta-unta tua."

Ajaran yang dibawa oleh Nabi Zarathustra adalah penyembahan kepada Tuhan yang tunggal yang disebut Ahura Mazda. Secara etimologis, "Ahura" berarti Tuhan, sedangkan "Mazda" adalah kebijaksanaan. Ajaran di bawahnya disebut Zoroastrianisme.

Kemudian, setelah beberapa waktu, nama Zarathustra sering disebut sebagai "majusi." Kata "majusi" merupakan pelafalan Arab dari kata Persia kuno, yaitu "magus."

Magus, jika diartikan, adalah kelompok pendeta atau penyihir. Kata "magus" juga kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris melalui bahasa Yunani, yang menjadi "magic" atau "magician."

BACA JUGA:Kisah Nabi Khidir, Apakah Keturunan Firaun? Ketahui Silsilah Lengkapnya

Dalam kepercayaan majusi, Tuhan kebaikan atau Tuhan yang bersifat baik disebut "Ahura Mazda," sedangkan Tuhan keburukan mereka menyebutnya dengan "Ahriman."

Mungkin dalam Islam, Tuhan keburukan itu maksudnya adalah iblis. Menurut sebagian riwayat, Zarathustra adalah orang yang sangat alim, dan kehidupannya sangat jauh dari maksiat.

Kisah Nabi Zarathustra

Dalam sejarah Persia, Zarathustra dianggap sebagai seorang tokoh penting, bahkan ada yang menyebutnya sebagai nabi. Namun, terjadi perbedaan pendapat di kalangan sejarawan mengenai kehidupannya.

Ada yang menyatakan bahwa Zarathustra hidup antara tahun 1700-an sebelum Masehi, tetapi ada juga yang menyebutkannya hidup pada tahun 600-an sebelum Masehi.

Beberapa literatur menyebutkan daerah tempat Zarathustra hidup dikaitkan dengan Kekaisaran Persia yang dipimpin oleh Cyrus The Great pada pertengahan abad ke-16 sebelum Masehi.

Dua ratus tahun kemudian, agama ini diterima oleh para raja Persia dan memiliki banyak pengikut, bahkan menjadi agama resmi orang-orang Persia pada saat itu.

Setelah Kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Alexander The Great pada akhir abad ke-4 sebelum Masehi, agama Zoroaster mengalami kemunduran. Namun, pada masa Dinasti Sasanid pada tahun 226 sebelum Masehi, agama ini mulai berkembang lagi sebagai agama resmi di Persia.

Sumber: jazirah ilmu