Publik Sebut Ganjar Pranowo Lakukan Politik Identitas di Video Azan, PDIP: Bukan!
Bawaslu Tanggapi Penampilan Ganjar Pranowo di Video Adzan Magrib-Tangkapan Layar-
RADAR JABAR - Topik 'politik identitas' menjadi sorotan utama di media sosial XTwitter hari ini, pada tanggal 10 September 2023.
Platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, tercatat telah ada sekitar 14 ribu postingan terkait topik tersebut pada pukul 12.00 WIB.
Setelah penelusuran lebih lanjut, ternyata topik 'politik identitas' ini berkaitan dengan video azan di salah satu stasiun televisi swasta.
Bukan video azan biasa, dalam tayangan tersebut menampilkan bakal calon presiden (capres) Ganjar Pranowo sedang salat berjamaah di sebuah masjid.
BACA JUGA:Ganjar Pranowo Beri Pesan untuk Anies Baswedan Jelang Pilpres 2024
Dalam video yang beredar, tayangan azan magrib di stasiun televisi swasta tersebut dimulai dengan pemandangan alam Indonesia. Kemudian, Ganjar tampil dalam balutan baju koko putih, peci hitam, dan sarung batik.
Dia memberikan salam kepada jemaah yang datang dan mengundang mereka untuk masuk ke masjid.
Ganjar juga terlihat sedang melakukan wudu sebelum memulai salat, dan dia duduk di saf depan sebagai makmum. Tayangan ini mendapatkan banyak perhatian dari warganet dan dikaitkan dengan isu politik identitas."
Tanggapan PDIP Soal Isu Politik Identitas Ganjar
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, menekankan bahwa penampilan Ganjar dalam video azan di televisi tidak dapat disebut sebagai politik identitas.
"Bukan (politik identitas), karena dari sisi Pak Ganjar Pranowo merupakan sosok yang religius, religiusitasnya tidak dibuat-buat,” kata Hasto di Jakarta, Sabtu, 9 September 2023.
Hasto Kristiyanto menganggap bahwa Ganjar mengajak masyarakat untuk menjalankan ibadah sebagai hal yang positif.
Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa aspek spiritualitas dalam kehidupan bangsa seharusnya tidak secara otomatis dihubungkan dengan politik identitas.
“Kalau untuk mengajak masyarakat dengan senyum, untuk berdoa bersama untuk menjalankan salat lima waktu, itu merupakan hal yang positif. Bagi umat Kristen mengajak ke gereja, bagi umat Hindu di pura, itu merupakan sesuatu yang bagus. Karena itu jangan menampilkan identitas yang menunjukkan spritualitas sebagai bangsa, lalu kemudian dikatakan politik identitas," pungkas Hasto.
Sumber: