Puncak Protes Penembakan Remaja 17 Tahun di Prancis Telah Berlalu
Presiden Emmanuel Macron memberikan dukungan kepada Walikota di Prancis-@EmmanuelMacron-Twitter
RADAR JABAR - Prancis telah mengalami puncak demonstrasi akibat pembunuhan seorang remaja berusia 17 tahun yang merupakan keturunan Aljazair, Afrika Utara. Hal ini disampaikan langsung Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menyatakan bahwa puncak demonstrasi telah berlalu.
Dilansir dari BFMTV pada Selasa (4/7) kemarin, Emmanuel Macron menyampaikan kepada 241 wali kota yang berada di Istana Elysee Paris mengenai pemulihan tatanan sebagai prioritas utama pasca demonstrasi.
"Kita harus mulai memulihkan tatanan yang berkelanjutan sebagai prioritas mutlak kita" ujar Emmanuel Macron.
Beliau juga mengatakan bahwa dirinya akan tetap wasppada dalam beberapa hari hingga minggu berikutnya. Namun, Macron menegaskan kembali bahwa puncak demonstrasi telah berlalu.
Sebelumnya pada Senin malam (3/7) polisi Prancis telah menangkap 72 orang ketika gerakak protes nasional atas tewasnya remaja 17 tahun akibat penembakan yang dilakukan oleh polisi.
Sejak 27 Juni 2023 lalu polisi telah menangkap sebanyak 3.846 orang, serta hampir 5.900 kendaraan dan 1.105 banguan dibakar di segala penjuru negara. Catatan ini berdasarkan angka Kementrian Dalam Negeri Prancis yang diberkan kepada harian Le Figaro.
Bahkan, lebih dari 260 kantor polisi menjadi sasaran kemarahan massa akibat aksi penembakan ini. Selain itu, sebanayk 808 petugas penegak hukum mengalami luka akibat aksi protes.
Aksi protes tersebut didasari oleh pembakan yang dilakukan oleh polisi yang menembak remaja keturunan Aljazair sejak 27 Juni lalu. Peristiwa penembakan itu terjadi ketika operasi pemeriksaan lalu lintas di Kota Nanterre, karena remaja tersebut mengabaikan perintah untuk berhenti.
Usai kejadian tersebut, petugas polisi yang melakukan penembakan telah mendapatkan penahan awal yang sudah ditempatkan. Ia telah menghadapi penyelidikan formal atas penembakan yang dilakukannya.
Karena peristiwa tersebut, menyebabkan aksi protes yang dimulai dari kota Nanterre hingga menyebar ke kota lainnya, terbmasuk Lyon, Toulose, Lille, dan Marseille. Peristiwa tersebut menyebabkan ketegangan hingga bentrokan antar pengunjuk rasa dan polisi.
Dilansir dari laporan harian Le Parisien, ketua jaringan bosmos dam pengusaha Gerakan Perusahaan Prancis (MEDEF), Geoffroy Roux de Bezieux menyebutkan bahwa leboh dari 200 toko dijarah, serta 300 cabang bank telah dihancurkan. Hal tersebut terjadi ketika aksi protes sudah dimulai.
Disebutkan juga bahwa ia memperikirakan kerugian akibat demonstrasi besar-besaran itu lebih dari satu miliar euro atau setara dengan 16,7 triliun rupiah. Ia juga mengatakan bahwa video demonstrasi yang tersebar di media sosial telah merusak citra Prancis.
Pap Ndiaye, selaku Menteri Pendidikan Prancis menyebutkan kepada RTL bahwa terdapat 243 gedung sekolah rusak karena aksi protes yang disampaikan pada Selasa (4/7) lalu. Disebutkan juga bahwa terdapat kerugian sekitar puluhan juta euro, serta menekankan bahwa negara akan memberikan dukungan yang dibutuhkan kepada otoritas lokal.*
Sumber: antara