Tak Ingin Ada Temuan Baru, Dedie Rachim Harap Diseminasi Audit Kasus Stunting Dioptimalkan

Tak Ingin Ada Temuan Baru, Dedie Rachim Harap Diseminasi Audit Kasus Stunting Dioptimalkan

Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim. - Yudha Prananda / Jabar Ekspres--

BOGOR - Wakil Wali Kota Bogor, Dedie Rachim meminta seluruh perangkat daerah terlibat dalam mengentaskan kasus stunting di Kota Bogor dengan harapan program Diseminasi Audit Kasus Stunting (AKS) betul-betul bisa dituntaskan secara optimal.

Pasalnya, diseminasi AKS merupakan langkah terakhir dari tahapan audit kasus stunting yang merupakan hasil kajian dan rencana tindak lanjut dari sasaran AKS berisiko tinggi yang telah disepakati.

Dia menjelaskan, saat ini penanganan stunting di Kota Bogor sudah masuk tahap rekomendasi. Kurang lebih ada 40 rekomendasi yang ditujukan kepada seluruh perangkat daerah dan para stakeholder, baik langsung maupun tidak langsung.

Menurutnya, jika tidak ada pendekatan secara komprehensif semua perangkat daerah dalam menanggulangi dan mencegah kasus stunting baru, maka akan terus ada. Untuk itu harus dikoordinasikan dengan baik.

“Jadi sasaran, target dan capaiannya harus terukur. Rekomendasi yang ada diturunkan ke masing-masing perangkat daerah yang nantinya langsung bertugas fokus kepada inti atau pokok sasaran yang dituju, bisa dengan pendekatan kualitatif atau kuantitatif,” ungkapnya dikutip Sabtu, 5 November 2022.

Selain sosialisasi pemahaman tentang keluarga hidup sehat dan bersih yang menjadi pokok pengentasan stunting di Kota Bogor dan peningkatan kesehatan masyarakat, diluar itu semua perangkat daerah diimbau untuk mendorong terciptanya lapangan kerja agar masyarakat bisa bekerja dan bisa mengakses kepada seluruh sumber-sumber ekonomi sehingga mampu mendorong usaha pengentasan stunting yang dilakukan.

Hal lain yang ditegaskan mantan pejabat KPK itu adalah jangan ada lagi anak Kota Bogor yang putus sekolah, karena menurutnya pendidikan adalah modal untuk merubah keluarga. Untuk itu seluruh perangkat daerah hingga aparatur wilayah diminta untuk membantu semaksimal mungkin.

“Putus sekolah bisa mempengaruhi pernikahan dini dan kehidupan pra sejahtera. Pokoknya anak-anak Kota Bogor harus sekolah dan memiliki ijazah sehingga bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau bisa bekerja dengan pendapatan yang lebih baik," paparnya.

"Juga agar tidak ada pernikahan dini, sektor pendidikan yang melibatkan banyak pihak melakukan edukasi dan sosialisasi tujuan-tujuan agar tidak ada kasus-kasus baru stunting yang terjadi, termasuk jika tidak ada rekomendasi pernikahan dibawah usia perkawinan maka jangan diberikan,” imbuhnya.

Dirinya melihat, usaha yang dilakukan secara bersama dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat bisa mengurangi potensi-potensi masyarakat yang sakit karena kekurangan pahaman tentang pola hidup sehat.

"Dengan demikian harapan dan target yang ingin dicapai yaitu zero kasus baru stunting di Kota Bogor bisa berjalan," harapnya.

Sementara itu, Kepala DPPKB Kota Bogor, Rakhmawati menerangkan, kegiatan Diseminasi AKS bertujuan mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok tertentu, mengetahui penyebabnya, menganalisa faktor risiko penyebab sebagai penanganan kasus serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan tata laksana kasus dan upaya pencegahan yang harus dilakukan.

“Kelompok tertentu maksudnya adalah mereka yang berisiko stunting agar zero stunting atau berusaha sebisa mungkin orang-orang yang diintervensi sekarang tidak menjadi stunting berikutnya," jelasnya.

"Ada empat yang kita audit, yaitu ibu hamil, ibu pasca melahirkan, anak usia di bawah dua tahun (baduta) dan calon pengantin (catin). Jadi kegiatan tersebut adalah tahap ke enam, hasilnya akan dilaporkan ke provinsi untuk ditindaklanjuti di tingkat nasional,” urainya lagi.

Sumber: