Warga Prasejahtera Kota Bandung Kesulitan Bansos
Illah (50) tinggal di rumah 3x3 bersama dua anaknya, tanpa kamar mandi dan berada di bawah garis kemiskinan. -(Foto: Arvi/Jabar Ekspres)-
BANDUNG, RadarJabar – Pemerintah Kota Bandung mengungkapkan tidak mengutamakan bantuan sosial (bansos). Namun lebih mendorong kepada pemulihan ekonomi serta memprioritaskan status kesehatan warga Kota Bandung.
Kendati demikian, warga Kota Bandung menyuarakan keinginannya untuk mendapat bansos.
Ditemui di rumahnya yang berlokasi di Kecamatan Cinambo, Kelurahan Pakemitan seorang ibu beranak tiga, Illah (55), mengutarakan keluhannya atas minimnya bantuan sosial yang ia terima. Dia mengaku, menerima bantuan terakhir kali pada akhir 2021.
“Tiap bulan beras dapet, telur, ayam, buah-buahan, tahu, dapet dari lumayan lama, 2021. Waktu tahun kemarin tuh sepuluh bulan enggak dapet, karena harus ada pembaharuan data kan ya,” ujarnya pada Jabar Ekspres di Komplek Cinambo Indah, Selasa, 23 Agustus 2022.
“Itu ganti dari yang kemarin enggak dapet. Rp600 ribu juga pernah dapet, Rp500 ribu juga pernah dikasih pas minyak mahal, tapi udah beberapa bulan ini beras enggak dapet lagi. Pas Januari Februari itu enggak dapet. Nah, terus diajukan lagi, makanya Desember dapat lima karung. Sepuluh kilo satu karungnya,” sambungnya.
Illah tinggal bersama kedua anaknya di rumahnya yang berukuran 3x3. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari ia mengaku mengandalkan penghasilan dari anak sulungnya. Sedangkan anak kedua sudah menikah dan tinggal bersama suaminya, anak terakhir tengah mengadu nasib mencari pekerjaan.
“(Kebutuhan) ya dicukup-cukupkan, ya. Kadang-kadang ‘kan dari tetangga suka ada yang kasih. Berapa aja gitu, suka ada rezeki nya lah. Sebenarnya ya enggak cukup, cuma dicukup-cukupkan aja.” jelas Illah.
Mengeluarkan Rp2 juta per bulan, Illah membayar, termasuk membeli air untuk kebutuhan sehari-hari. Pemasukan habis.
“Kan air masih beli, bantuan beras kan juga udah enggak rutin, dulu mah ‘kan tiap bulan, sekarang mah bisa empat bulan sekali, makanya sering kasbon (utang),” tutur Illah.
“Bisa sampe 50 ribu ya, kalau sama gas bisa 70 ribu. Kalau makan minum doang mah 30 ribu. Apalagi sekarang udah banyak yang mahal bumbu-bumbu tuh, jadi harus irit irit pakenya,” kata dia.
Berasal dari Tasik, Illah mengontrak selama dua puluh tahunan di Kota Bandung. Suaminya meninggal sejak delapan tahun yang lalu karena gagal ginjal dan sempat menopang ekonomi keluarga dengan berdagang tahu.
“Setelah meninggal langsung anak yang tanggung. Jadi dulu anak (pertama) itu kuliah sambil kerja, tapi karena ayahnya meninggal dia tanggung jawab biayain adik-adiknya jadi terpaksa berhenti kuliah, cuma sampe empat semester aja,” bebernya.
“Terus jadinya full kerja, karena orang tua ‘kan enggak mampu, enggak punya juga buat biaya kuliah. Dia 31 sekarang. Yang kedua 24 sekarang, yang terakhir itu kelahiran 2001,” ungkap Illah.
Di samping itu, Illah tidak memiliki kamar mandi di rumahnya. Untuk pergi ke kamar mandi ia terbiasa menumpang mandi di rumah sanak saudara yang berada di pemukiman yang sama. Sedangkan berjalan sedikit melewati kebun milik tetangganya, di belakang terdapat toilet tanpa atap, tanpa lantai dan cat dinding.
Sumber: Jabar Ekspres