Bila Harga BBM Naik, Organda Jabar Ancam Turun ke Jalan

Bila Harga BBM Naik, Organda Jabar Ancam Turun ke Jalan

TRANSPORTASI: Aktivitas masyarakat di salah satu terminal di Kota Bandung-(Foto: Deni Armansyah/Jabar Ekspres)-

BANDUNG, RadarJabar -  Munculnya sinyal akan kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang digolangkan pemerintah membuat masyarakat cemas. Terlebih mereka yang bekerja di sektor transportasi, saat ini tengah kelewat khawatir.

Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Barat (Jabar), Dida Suprinda, menyebut bahwa hal tersebut dirasakan lantaran para pengemudi baru saja 'selamat' dari pandemi Covid-19.

Menurut Dida, sopir angkutan umum yang sedang merangkak dari keterpurukan itu sekarang harus kembali terpuruk apabila kenaikan harga BBM benar-benar terealisasi.

"Setelah sebelumnya dihajar pandemi Covid-19. Sekarang ditambah lagi (kenaikan) harga, ya jelas terhempit," ucap Dida saat dihubungi Jabar Ekspres, Senin (15/8) sore.

Saat masa pagebluk tersebut, katanya, bahkan tidak sedikit sopir yang harus berhenti beroperasi. "Sekarat. Begitu juga sebelum pandemi, angkutan umum, kan, sudah banyak pesaing," imbuhnya.

Dia menuturkan, pesaing itu dimulai dari penyedia jasa layanan transportasi online yang legal, sampai angkutan umum ilegal 'berpelat hitam' yang bersaing tidak sehat.

Sementara itu, kenaikan harga BBM pun dirasa akan memberatkan penumpang. Dirinya mengungkapkan, apabila BBM mengalami kenaikan, para pengemudi lantas secara terpaksa bakal ikut menaikkan tarif.

"Pemerintah mikirnya harus ke sana, harus liat masyarakat kebanyakan. Terkhusus rakyat kecil yang menggunakan angkutan umum. Pasti terdampak," paparnya.

Masalahnya, kata Dida, para penumpang angkutan umum, rerata adalah masyarakat kelas menengah ke bawah.

"Apabila sudah begitu, bukan kami saja, kasihan juga rakyat kecil. Menjerit. Masyarakat juga lagi merangkak, bukan? Usai kena dampak pandemi," tegasnya.

Melihat hal demikian, dirinya kembali menegaskan, Organda Jabar menolak keras atas rencana kenaikan BBM tersebut. Tak masuk akal dan terlihat bias bagi masyarakat. Tidak jelas juntrungannya.

"Karena tidak ada alasan yang mendesak sekali. Justru ini merugikan kami, masyarakat juga. Terhimpit. Maka perlu digaris bawahi, kami menolak kenaikan BBM. Titik," ucapnya.

"Karena pada harga tarif normal sekarang saja, penumpang sudah sedikit. Ya, karena itu tadi. Saingan para sopir angkutan umum, banyak dan beraneka ragam," keluhnya.

Ketika ditanya perihal protes para sopir atau unjuk rasa di kemudian hari, dia mengatakan, kemungkin itu ada. Malah, besar kemungkinannya.

Sumber: Jabar Ekspres