Kota Bandung Miliki Kasus DBD tertinggi, Dinkes Minta Masyarakat Waspada

Kota Bandung Miliki Kasus DBD tertinggi, Dinkes Minta Masyarakat Waspada

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani-(Foto: Deni Armansyah/Jabar Ekspres)-

JabarEkspres.com, BANDUNG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat menyebut untuk data kematian akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) per 8 Juli 2022 telah menyentuh angka sebanyak 179 jiwa dari 21.280 kasus temuan.

Kota Bandung menduduki peringkat paling tinggi dalam penemuan kasus DBD yakni temuan 3.557 kasus. Kabupaten Bandung menyusul dengan data sebanyak 2.257 kasus, Bekasi 1.671 kasus, Kabupaten Sumedang 1.283 kasus, dan Kota Depok 1.278 kasus.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, dr. Ira Dewi Jani, mengatakan dari banyaknya temuan kasus di Kota Bandung terdapat tujuh korban jiwa per Juli 2022.

“Tercatat di kami sudah ada tujuh orang yang meninggal mulai dari bulan Februari kemarin. Februari itu ada dua orang, Maret ada dua orang, April satu orang, Mei satu orang, Juni satu orang. Kita memang daerah endemis, sepanjang tahun pasti ada kasus demam berdarah,” ujarnya saat dihubungi Jabar Ekspres belum lama ini.

Ia menambahkan, jika dilihat dari awal tahun hingga bulan Juli ini, kasus DBD memang menurun. Sejak Januari, Februari, Maret, April 2022 dibandingkan tahun lalu, tahun 2022 memiliki kasus lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2021. Namun, di bulan Mei, Juni, Juli memiliki kasus lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kita sudah masuk ke minggu epidemiologis yang ke 27. Kalau misalkan kita bandingkan dari bulan Januari sampai bulan Juli 2022, memang kasusnya itu ada penurunan dibandingkan Januari.  Itu sampai di angka 1.225, nah mulai bulan Mei kita sudah di angka 200-300an,” jelasnya.

Pihaknya, beber Ira, akan segera melakukan sosialisasi jika melihat data surveilance yang memiliki peningkatan kasus. Surat edaran dari Sekretaris Daerah Kota Bandung juga akan disebarkan kepada para aparat kewilayahan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

“Demam berdarah itu gak lepas dari 3 faktor. Ada house, ada agent, ada environment. Jadi kalau tiga unsur itu gak diintervensi, agak sulit kita itu menegndalikan demam berdarah. Jadi hostnya, manusianya kondisinya harus sehat. Sehingga kalau misalnya terinfeksi virus bisa cepat sembuh dan tidak menimbulkan kesakitan yang parah,” tegas Ira.

Mengingat saat ini sedang dalam musim pancaroba, kata dia, masyarakat diminta untuk menjaga  daya tahan tubuh dan kebersihan lingkungan. Karena, tuturnya, deman berdarah sangat erat hubungannya dengan tempat perindukan nyamuk.

“Misalkan ada air tergenang itu tempat yang ideal untuk nyamuk berkembang biak. Sekarang itu digiatkan untuk pemberantasan sarang nyamuk melaui upaya 3M. Menguras, Mengubur, dan Membersihkan,” imbau Ira.

Ia memaparkan, masyrakat harus rutin menjaga tempat tempat yang luput dari pengawasan seperti talang air. Pasalnya, pengecekan terbilang sulit karena berada di atas bangunan rumah. “Biasanya ketutupan daun-daun yang gugur, atau kotoran lain mampet lah pipanya. Biasanya suka ada air tergenang dari situ,” imbuhnya.*** (Arv)

Sumber: Jabar Ekspres