Pemikiran Positif Tidak Selamanya Baik, Berikut Penjelasannya

Pemikiran Positif Tidak Selamanya Baik, Berikut Penjelasannya

--

Benarkah pemikiran positif dapat memberikan efek baik bagi kesehatan mental? Berikut penjelasan dari Hasan Askari dalam webinar ‘Udahan sama Toxic Positivity, berteman Yuk dengan Healthy Negativity Acceptance’, Sabtu (26/2).

Dalam kesempatan tersebut, Hasan menerangkan bahwa mempunyai pemikiran positif secara terus menerus jurstu akan sangat berbahaya, tapi akan lebih baik jika seseorang  dapat memahami emosi positif dan negatif secara bersamaan.

“Maka akan menjadi sangat penting jika seseorang mengenal emosi positif dan negatif dalam dirinya,” kata Hasan, dikutip Jabar Ekspres dari JPNN pada Senin 28 Februari 2022.

Selain itu, sikap positif dapat termasuk ke dalam toxic, apabila semua situasi harus dipaksaan kepada perasaan bahagia dan optimis.

“Sementara yang toxic adalah sikap positif yang terlalu dipaksakan dan berlebihan yang berfokus pada perasaan bahagia dan optimis dalam semua situasi,” tambahnya.

Hasan menjelaskan, sikap positif ternyata bisa dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu real dan toxic.

Sikap positif adalah suatu keadaan dimana kita melihat sesuatu dari kaca mata positif, kemudian membuang yang negatif.

Sementara itu, real positivity yang sesungguhnya adalah kita harus melihat semua aspek yang terjadi dalam kehidupan secara jujur, adil dan objektif, meskipun diri ini sering mendapat ketidak-adilan, penderitaan, ataupun masalah.

Sikap positif yang real tidak akan membuang aspek negatif dalam pengalaman hidup yang telah dijalani.

Akan tetapi, perasaan negatif memiliki peran penting untuk mebuat manusia menjadi lebih pandai dalam memecahkan suatu masalah, sebab hal itu dapat terdeteksi sedini mungkin oleh diri kita.

“Negativitas punya peran untuk survival manusia, yaitu untuk mendeteksi sedini mungkin potensi masalah-masalah yang akan muncul di masa yang akan datang,” ungkapnya.

Memang, orang yang merasa senang dan selalu berfikir positif itu baik, namun jangan lupa menggunakan akal untuk mempertimbangkan ketika membuat keputusan.

Sumber: