Dinilai Diskriminatif, Nama Monkeypox akan Diganti oleh WHO
Awal cacar monyet menular pada manusia.-pixabay-
SEBANYAK 30 ilmuwan Internasional menyebut, penggunaan istilah monkeypox atau cacar monyet dinilai bersifat diskriminatif. Karenanya mereka menuntut kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk segera mengganti nama tersebut.
Mereka mengungkap, selain diskriminatif, nama tersebut juga dirasa menstigmatisasi. Sementara penyebaran penyakit ini sudah sangat luas. Bahkan, hingga mencapai antar benua.
Alasan lainnya, kelompok ilmuwan itu menyebut pada pekan lalu, bahwa nama "monkeypox" tidak sesuai dengan pedoman yang dimiliki oleh WHO. Pedoman tersebut dengan jelas menyiratakan untuk menghindari penamaan dari wilayah geografis atau nama hewan. Sedangkan monkeypox jelas menggunakan nama hewan.
Karenanya dalam waktu dekat, WHO akan mengganti nama monkeypox atau cacar monyet untuk menghilangkan stigma dan rasisme seputar virus tersebut.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Selasa (14/6) mengatakan pihaknya akan berkonsultasi dengan mitra dan para pakar dari seluruh dunia untuk mencari nama baru bagi virus dan penyakit yang ditimbulkannya itu.
Tedros mengatakan WHO akan mengumumkan nama-nama baru tersebut sesegera mungkin, seperti dimuat Stuff.
"Dalam konteks wabah global saat ini, referensi lanjutan, dan nomenklatur virus ini menjadi orang Afrika tidak hanya tidak akurat tetapi juga diskriminatif dan menstigmatisasi," kata kelompok ilmuwan itu.
Cacar monyet telah menjadi endemik di Afrika bagian barat dan tengah selama beberapa dekade. Namun saat ini virus tersebut sudah menginfeksi lebih dari 1.600 orang di 24 negara, khususnya negara-negara non-endemik. (rmol/rit)
Sumber: