Sedangkan untuk indeks keparahan kemiskinan (P2) yang merupakan indikator ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 0,29. Angka ini naik 0,04 poin dari September 2024 yang sebesar 0,24.
Darwis Sitorus juga menginformasikan terkait tingkat ketimpangan pengeluaran atau Gini Ratio di Jawa Barat. Maret 2025 Gini Ratio sebesar 0,416, angka ini termasuk kategori ketimpangan sedang. Gini Ratio di wilayah perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan.
“Gini Ratio di perkotaan sebesar 0,426 sedangkan di perdesaan 0,323 ini menunjukan ketimpangan di perkotaan lebih tinggi daripada di perdesaan. Akan tetapi baik di perkotaan dan perdesaan angka Gini Ratio-nya sama-sama mengalami penurunan pada Maret 2025.”, jelas Darwis.
BPS Jabar juga merilis angka persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2025 mengalami kenaikan dibandingkan September 2024. Kenaikan ini mengindikasikan terjadi penurunan pada ketimpangan kemiskinan.
“Saya simpulkan bahwa secara kuantitas, kemiskinan di Jawa Barat pada Maret 2025 mengalami penurunan begitupun dengan ketimpangannya. Namun secara kualitas penduduk miskin juga mengalami penurunan hal ini ditunjukkan dengan kenaikan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan.”, pungkas Darwis