RADAR JABAR - Pergerakan tanah berskala besar yang masih berlangsung di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, telah menimbulkan kekhawatiran serius dari berbagai kalangan. Titik kejadian terletak sekitar satu kilometer dari Tol Cipularang, salah satu jalur transportasi utama nasional, sehingga menimbulkan potensi risiko besar terhadap infrastruktur. Untuk merespons situasi ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat bersama BPBD Kabupaten Purwakarta melakukan pemantauan langsung pada Sabtu (14/6).
Pemantauan difokuskan pada upaya pencegahan meluasnya pergerakan tanah yang bisa berdampak pada fasilitas vital. Tim gabungan meninjau secara intensif wilayah Kampung Cigintung dan Sukamulya di Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani. Hasil observasi mengungkapkan bahwa aktivitas tanah di wilayah tersebut sangat tinggi, dengan jumlah bangunan warga yang rusak terus bertambah seiring waktu akibat pergerakan tanah yang masih aktif.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Teten Ali Mulku Engkun, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengajukan permintaan kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk segera melakukan asesmen. Penilaian menyeluruh dari PVMBG dianggap penting guna menentukan langkah mitigasi yang paling tepat dan efektif.
BACA JUGA:Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Jasa Marga Ungkap Penyebab Rem Truk Bermasalah
BACA JUGA:Korlantas Investigasi Penyebab Kecelakaan di Tol Cipularang
“Kita sudah evakuasi warga bersama BPBD Purwakarta. Karena pergerakan tanah ini masih sangat masif dan dekat sekali dengan jalan tol, kami mendesak agar PVMBG segera melakukan asesmen teknis. Penanganan khusus sangat diperlukan agar dampaknya tidak meluas ke Tol Cipularang,” tegas Teten.
Dampak dari bencana ini tergolong signifikan. Selain mengakibatkan kerusakan pada pemukiman warga, pergerakan tanah juga mengganggu infrastruktur jalan yang menghubungkan antarwilayah, yang sangat penting bagi aktivitas dan mobilitas masyarakat. Seiring waktu, tingkat kerusakan terus meningkat. Hingga kini, sebanyak 206 warga telah dievakuasi dari zona rawan bencana. Dari jumlah tersebut, 48 orang menempati balai desa sebagai tempat pengungsian, sementara sisanya memilih tinggal sementara di rumah keluarga atau kerabat demi alasan keamanan.
Situasi ini mendorong BPBD dan sejumlah instansi terkait untuk terus melakukan koordinasi secara intensif. Sejumlah langkah strategis tengah dibahas, termasuk opsi relokasi permanen bagi warga yang berada di kawasan dengan risiko tinggi. Meski proses evakuasi telah dilakukan, otoritas setempat menegaskan bahwa ancaman belum sepenuhnya mereda. Masyarakat diminta untuk tetap siaga dan mematuhi instruksi resmi dari BPBD maupun aparat keamanan setempat.
Letak Tol Cipularang yang berstatus sebagai objek vital nasional menjadikan penanganan pergerakan tanah ini sebagai prioritas utama. Diharapkan pemerintah daerah dan pusat dapat bertindak cepat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana yang lebih besar.