RADAR JABAR - Komisi B DPRD Kabupaten Bandung meminta kepada koperasi untuk aktif bergerak memerangi bank emok di lapangan.
Hal tersebut ditegaskan Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Bandung, Faisal Radi Sukmana, Rabu, 12 Februari 2025.
Ia menjelaskan, sesuai laporan dinas terkait, di Kabupaten Bandung sedikitnya ada 264 koperasi yang 75 persen di antaranya dalam kondisi aktif atau berjalan.
Dengan data tersebut, ia menilai seharusnya koperasi bisa memerangi bang emok apabila pemberian simpan pinjamnya tepat sasaran.
"Koperasi itu seharusnya bisa mengurangi bank emok kalau pinjaman yang diberikannya tepat sasaran dan tepat penerimanya," tegasnya.
Ia melanjutkan, sebetulnya secara aturan bank emok itu tidak ada. Untuk menjerat para nasabah, payung hukum yang dipergunakan adalah koperasi tetapi bunga pinjamannya tidak realistis.
BACA JUGA:Dahlan Iskan Ungkap Kiat Sukses untuk Karyawan May Bank di Sales and Service Summit Award 2025
BACA JUGA:Bank Tanah Menyiapkan 11 Lokasi untuk sebagai Dapur MBG
Politisi Demokrat ini tidak menampik bahwa masyarakat lebih tertarik pinjam ke bank emok daripada koperasi.
"Iya, kalau di koperasi kan harus harus masuk anggota dulu, harus ada simpanan dulu. Karena kan sistem koperasi itu, jadi tidak bisa langsung. Dilihat berapa lama kita jadi anggotanya, iurannya (simpanannya) sudah berapa. Beda dengan bank emok, sekarang masuk langsung pinjam," bebernya.
Untuk itu agar masyarakat tertarik, Faisal menyarankan agar koperasi memberikan edukasi manfaat apabila masyarakat masuk menjadi anggota.
Kemudian, sambungnya, sistem koperasi juga harus dipermudah, terutama dalam memberikan pinjaman.
"Nah, kalau semua itu sudah dilakukan, seharusnya bisa meminimalisir bank emok," harapnya.
Namun jika masih banyak yang lebih memilih bank emok, paparnya, masyarakat tinggal ditanya terkait sejauh mana bank emok memberikan keuntungan.
Politisi asal dapil 4 ini menerangkan, sebenarnya legislatif Kabupaten Bandung sudah membentuk panitia khusus (pansus) guna membahas soal bank emok.