Skema Reseller Akun Premium Murah Ternyata Merugikan Pembeli, Langganan Akun Resmi Pun Tetap Rugi

Sabtu 21-12-2024,12:01 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

Misalnya, pembeli pertama akan menerima email A dengan akses ke akun pertama, pembeli kedua akan menerima email A dengan akses ke akun kedua, dan seterusnya hingga semua slot pada email A penuh. Setelah itu, penjual akan membuat email baru untuk melanjutkan skema tersebut.

Dalam menentukan harga, para penjual sering memanfaatkan perbandingan nilai antara paket keluarga dan paket individu. Sebagai contoh, jika harga paket individu untuk satu akun adalah Rp50.000, maka harga paket keluarga untuk 4 akun biasanya sekitar Rp150.000. Harga ini lebih murah dibandingkan membeli empat akun individu secara terpisah.

Dari efek decoy inilah para penjual menentukan margin keuntungan mereka berdasarkan modal harga paket keluarga. Namun, jika harga yang ditawarkan lebih murah dari perhitungan modal tersebut, maka kita memasuki bab tentang kerawanan dalam industri penjualan aplikasi premium ini, sekaligus mengungkap sisi gelap dari sistem monetisasi berbasis langganan atau subscription.

Seperti halnya dengan toko-toko top-up game atau langganan aplikasi lainnya, permasalahan utama dalam bisnis ini adalah pertanyaan tentang kepercayaan terhadap penjual dalam jangka panjang. Fokus pada aplikasi premium, metode berbagi akun (sharing account) ternyata memiliki dampak negatif jangka panjang. Hal ini sangat bergantung pada penjualnya, karena pihak pengembang aplikasi juga telah menyadari praktik semacam ini.

Sebagai contoh, pada tahun 2022, Netflix menghadapi ancaman kebangkrutan dan mengalami penurunan keuangan yang signifikan. Selain faktor ekonomi global, Netflix menyalahkan praktik jual beli akun berbagi (sharing account) sebagai salah satu penyebab utama kerugian mereka. Sebagai tanggapan, Netflix memperkenalkan regulasi baru yang memungkinkan sharing account hanya dilakukan oleh pengguna yang berada dalam satu rumah.

Namun, para penjual tetap menemukan cara untuk mengakali aturan tersebut, menggunakan metode lain yang mungkin sudah disebutkan sebelumnya. Akibatnya, akun premium yang dibeli melalui penjual ini menjadi tidak aman untuk penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi apakah penjual yang mempromosikan akun premium di media sosial dapat dipercaya.

Selain risiko yang telah dijelaskan, masih ada potensi kerugian lain, seperti penipuan melalui metode carding, pencurian data, dan tindakan kriminal lainnya.

Keluar dari industri reseller akun premium ini, kita dapat memfokuskan perhatian pada aplikasi itu sendiri dan dampak jangka panjang dari sistem monetisasi yang diterapkannya.

Skema Berlangganan Akun Premium

Apakah kalian sadar bahwa saat ini hampir semua perangkat lunak dan aplikasi menggunakan sistem premium berbasis langganan atau subscription? Fenomena ini dikenal sebagai subscription economy. Dalam pandangan para kapitalis atau pelaku bisnis yang berorientasi pada keuntungan, sistem ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan model jual beli konvensional.

Dari sisi positif, sistem langganan memungkinkan harga menjadi lebih terjangkau bagi banyak orang dibandingkan dengan harga beli secara penuh. Selain itu, sistem ini juga dapat mengurangi tingkat pembajakan, meskipun praktik tersebut tetap ada. Namun, tanpa disadari, kita sebagai konsumen dimanipulasi oleh para pengembang aplikasi.

BACA JUGA:Seru Banget! Begini Cara Lihat Spotify Wrapped 2024 Kamu

BACA JUGA:Bernadya Melejit di Spotify Kalahkan NIKI dengan 12 Juta Pendengar Bulanan

Selain menggunakan decoy effect yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem langganan juga dapat menjadi celah yang menguras pengeluaran bulanan atau bahkan harian kita. Bagaimana ini bisa terjadi?

Sebagai contoh, dengan biaya langganan Rp70.000 per bulan, kita mendapatkan akses penuh ke berbagai fitur aplikasi, seperti film, musik, dan lainnya, selama 30 hari. Namun, pertanyaannya: Apakah kita benar-benar menggunakan aplikasi tersebut setiap hari? Apakah kita mampu mengakses seluruh konten yang disediakan dalam waktu 30 hari secara maksimal?

Tentu tidak. Setiap hari yang tidak digunakan untuk mengakses aplikasi tersebut mengurangi nilai (value) dari biaya langganan yang sudah kita bayar. Semakin jarang aplikasi digunakan, semakin rendah nilai yang kita rasakan dari biaya langganan tersebut. Akibatnya, kita sering kali merasa rugi, karena sudah membayar tetapi tidak memanfaatkannya secara optimal.

Sistem langganan ini sebenarnya hanya menguntungkan jika kita benar-benar memaksimalkan penggunaannya selama periode langganan. Sebaliknya, jika jarang digunakan, sistem ini bisa menjadi beban. Dari perspektif pengembang aplikasi, selama kita membayar biaya langganan, mereka tidak peduli apakah kita menggunakan aplikasi tersebut secara maksimal atau tidak.

Kategori :