Pada akhirnya, TikTok dan Twitter mencerminkan dua sisi dari kebutuhan manusia terhadap media sosial: hiburan dan diskusi. Persepsi bahwa TikTok adalah media "SDM rendah" dan Twitter adalah media "orang pintar" lebih didasarkan pada stereotip dan stigma dunia maya. Kedua platform memiliki potensi untuk menjadi ruang yang edukatif maupun destruktif, tergantung pada bagaimana penggunanya memanfaatkan teknologi tersebut.
Kesimpulannya, penting untuk meninggalkan bias terhadap media tertentu dan fokus pada bagaimana individu menggunakan media tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik untuk belajar maupun bersenang-senang. Media sosial hanyalah ruang publik; yang penting bukan medianya, melainkan bagaimana media itu digunakan dan diterima, serta bagaimana hal tersebut dapat membantu kita menjadi pribadi yang lebih baik.