RADAR JABAR - Wakil Sekretaris Pers Pentagon, Sabrina Singh, menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki rencana untuk meningkatkan kehadiran militernya di Suriah, bahkan dalam situasi perubahan kekuasaan di negara tersebut.
"Postur pasukan tetap sama. Seperti yang Anda ketahui, pasukan kami tetap berada pada level yang lebih tinggi, tetapi tidak ada perubahan yang terjadi atau perubahan yang telah dibuat atau diminta oleh komandan," ujar Singh dalam pengarahan tertutup kepada wartawan.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS menegaskan bahwa Washington tidak memprediksi kemungkinan jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar Assad. Namun, pada Minggu (8/12), kelompok oposisi bersenjata Suriah dilaporkan berhasil merebut ibu kota Damaskus.
Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, menyatakan bahwa ia dan 18 menteri lainnya memilih untuk tetap berada di Damaskus. Jalali juga mengungkapkan bahwa dirinya telah menjalin komunikasi dengan para pemimpin kelompok militan yang memasuki kota tersebut.
BACA JUGA:Rusia Beri Suaka kepada Bashar al-Assad dan Keluarganya
BACA JUGA:Menlu Qatar Bahas Situasi Gaza dan Suriah dengan Mitra dari Turki, Yordania, dan Iran
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Rusia mengonfirmasi bahwa Presiden Bashar Assad telah mengundurkan diri dari jabatannya dan meninggalkan Suriah. Assad dilaporkan telah tiba di Moskow bersama keluarganya, di mana Rusia memberikan suaka atas dasar kemanusiaan.
Sumber dari Kremlin menyebutkan bahwa pihak Rusia sedang menjalin komunikasi dengan perwakilan oposisi bersenjata Suriah. Para pemimpin oposisi dilaporkan telah memberikan jaminan keamanan bagi pangkalan militer dan fasilitas diplomatik Rusia yang ada di Suriah.