RADAR JABAR – Di balik kemegahan sebagai salah satu negara paling maju di Asia, terdapat sisi gelap Korea Selatan yang mungkin belum banyak orang ketahui.
Korea Selatan menonjol di panggung global berkat prestasi dalam bidang ekonomi, budaya, hiburan K-Pop dan inovasi teknologi. Perusahaan-perusahaan besar seperti Samsung, LG, Kia, dan Hyundai telah menjadi ikon global yang diminati masyarakat dunia.
Selain itu, tingkat keamanan yang tinggi menjadikan Korea Selatan salah satu negara paling aman di dunia, terutama di kota-kota besar seperti Seoul. Efisiensi polisi, peraturan yang ketat, serta penggunaan CCTV yang meluas di ruang publik menciptakan lingkungan yang aman untuk ditinggali.
Meskipun dikenal sebagai negara maju dengan berbagai kelebihan, terdapat sisi gelap kehidupan di Korea Selatan yang dianggap menantang bagi sebagian orang.
Sisi Gelap Korea Selatan
Inilah beberapa sisi gelap Korea Selatan yang mungkin belum kamu ketahui.
1. Banyak Siswa Tertekan
Negara ini menekankan pentingnya pendidikan tinggi, sebagaimana terlihat dari tingginya angka literasi dan banyaknya lulusan universitas berbakat.
BACA JUGA:Band Indie Korea Selatan Wave to Earth Akan Gelar Konser di Jakarta pada Februari 2025
BACA JUGA:5 Drama Korea Seru yang Wajib Ditonton di Bulan November 2024!
Namun, tekanan besar untuk berprestasi sering membuat siswa harus belajar berjam-jam, bahkan mengikuti bimbingan belajar tambahan setelah sekolah guna mempersiapkan diri menghadapi ujian masuk perguruan tinggi.
Ujian masuk perguruan tinggi di Korea Selatan dianggap sebagai momen paling menentukan dalam kehidupan seorang siswa dan merupakan salah satu ujian tersulit di dunia.
Kegagalan dalam ujian ini dapat berdampak besar pada masa depan seseorang, sehingga siswa merasa sangat tertekan untuk berhasil. Tekanan akademis yang tinggi ini sering menyebabkan stres dan kelelahan mental pada banyak siswa.
2. Kerasnya Budaya Kerja
Budaya kerja di Korea Selatan dikenal keras, dengan jam kerja yang panjang dan tekanan tinggi untuk meraih hasil yang maksimal. Hal ini membuat banyak pekerja kesulitan menemukan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, sehingga merasa kesepian dan kekurangan waktu untuk bersosialisasi. Masalah kesepian juga menjadi isu serius, terutama di kalangan lansia yang merasa terabaikan oleh anak-anak mereka yang sibuk bekerja.
Korea Selatan memiliki tingkat kesepian yang tinggi, sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup yang sibuk. Konsep "pali-pali", yang menekankan kecepatan dan efisiensi dalam bekerja, turut meningkatkan stres di kalangan pekerja. Budaya kerja yang menuntut efisiensi, kecepatan, dan jam kerja panjang memperburuk tingkat stres serta memperdalam rasa kesepian.
Meskipun demikian, gaji di Korea Selatan secara umum jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Pada tahun 2023, rata-rata gaji bulanan diperkirakan sekitar 3 juta hingga 3,5 juta Won (sekitar Rp34 juta hingga Rp40 juta).
Bahkan, mereka yang bekerja di industri IT dan teknologi dapat memperoleh penghasilan sekitar Rp45 juta hingga Rp57 juta per bulan. Namun, meskipun bergaji tinggi, tekanan kerja yang besar sering kali menyebabkan stres.