Selain menyediakan bibit pohon mangrove, Bio Farma juga memperhatikan aspek lain seperti pembangunan infrastruktur jembatan, proses penyulingan air mesin desalinasi dan bantuan pengolahan sampah plastik.
BACA JUGA:Kolaborasi Bio Farma dan Becton Dickinson untuk Produksi Lokal Diagnostik TB di Indonesia
BACA JUGA:Bio Farma Dukung Kejaksaan Berantas Korupsi di Industri Farmasi BUMN
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jawa Barat Tahun 2017 tercatat luasan Hutan Mangrove yang ada di Kabupaten Subang sebesar 7.345 ha, namun perkembangan rehabilitasi hutan mangrove rakyat sepanjang tahun 2013-2017 hanya sebesar 2,5 ha (Dinas Kehutanan Provinsi Jawabarat, 2018). Menurut Indrayanti dkk (2015) terjadi penurunan luas mangrove di Kabupaten Subang dari 62,80% menjadi 20,03% sejak tahun 2005 hingga 2015 akibat perluasan area tambak ataupun akibat abrasi.
Untuk menanggulangi isu tersebut, hutan mangrove berperan sebagai green belt karena hutan mangrove melindungi garis pantai dari abrasi air laut, selain itu hutan mangrove dapat menahan gelombang air laut. Bahkan hutan mangrove yang tumbuh kokoh dapat melindungi pesisir pantai dari terjangan angin, badai dan tsunami.
Tidak hanya dari segi lingkungan, secara sosial ekonomi hutan mangrove berperan sebagai sumber mata pencaharian (tambak, garam, perkebunan), produksi hasil hutan (arang, kayu, makanan, dan obat), bahan bangunan dan kerajinan, serta memiliki potensi untuk tempat wisata.