Fenomena Pengemis Online di TikTok, Pahami 3 Bahayanya untuk SDM Negara

Minggu 03-11-2024,05:28 WIB
Reporter : Wanda Novi
Editor : Wanda Novi

RADAR JABAR - Mungkin Anda sudah sering melihat video live joget-joget di TikTok sambil meminta hadiah (gift) kepada penonton. Tren pengemis online sedang ramai dibahas di media sosial, bahkan media-media besar pun memberikan perhatian khusus kepada orang-orang yang melakukan joget sadbor. Kami jadi penasaran, mengapa tren ini bisa begitu populer dan bertahan lama sampai video ini dibuat.

Jika Anda belum tahu, tren ini awalnya berasal dari live TikTok yang menampilkan orang-orang joget-joget dengan gerakan khusus, sambil berharap mendapatkan hadiah dari penonton. Sebenarnya, fenomena mengemis online melalui live TikTok ini bukanlah hal baru.

Jika kita mundur beberapa waktu lalu, mungkin Anda masih ingat saat ada orang yang melakukan live mandi lumpur untuk mendapatkan hadiah. Hadiah tersebut bisa menghasilkan uang secara nyata, dan sempat heboh ketika terungkap bahwa orang yang melakukan live mandi lumpur tersebut bisa membeli motor secara tunai.

Kini, fenomena tersebut terulang kembali, namun dengan format yang berbeda. Jika sebelumnya mandi lumpur, sekarang banyak yang joget-joget tanpa jelas.

BACA JUGA:Fakta dari Pengemis Perempuan Viral di TikTok yang 'AA Kasian AA'

BACA JUGA:Ibu Mbal Pengemis Viral 'Aa Kasihan Aa' Beri Klarifikasi, Bukan Korban KDRT, Anak jadi Malu

Bahkan, baru-baru ini kami melihat video yang menampilkan keadaan rumah pemilik PT Sadbor, yang ternyata mampu merenovasi rumahnya menjadi cukup megah, bahkan hingga dua lantai.

Sebenarnya, bukan masalah rumahnya, tetapi jika dibandingkan dengan pekerjaan yang dilakukan di media sosial, jujur saja, ini agak miris.

Bahaya Fenomena Pengemis Online

Kenapa kami mengatakan hal ini miris? Kami ingin membahas fenomena orang-orang yang mengemis secara online dan mengapa fenomena ini cukup mengkhawatirkan.

1. Menginspirasi Masyarakat Ikut jadi Pengemis

Munculnya pengemis online di media sosial menimbulkan dua perspektif yang berbeda di Masyarakat. Ada yang menghujat, tetapi ada juga yang terinspirasi untuk melakukan hal yang sama.

Mengapa kami bisa mengatakan ada orang yang terinspirasi? Anda dapat melihat sebuah kampung di daerah Sukabumi di mana mereka mengikuti joget seperti ini untuk menghasilkan uang tanpa keahlian apapun.

Saya merasa tersinggung ketika mengetahui bahwa orang yang pertama kali menciptakan joget sadbor itu mampu merenovasi rumahnya hingga dua tingkat. Ini adalah hal yang miris, karena dengan menunjukkan kemampuan merenovasi rumah yang megah hanya dari joget-joget yang tidak jelas, hal ini menimbulkan apa yang disebut sebagai survivorship bias.

Akibatnya, banyak orang memilih profesi ini untuk menghasilkan uang, berharap nasib mereka sama seperti pemilik PT Sadbor. Dengan bermodal handphone dan joget-joget yang tidak jelas, mereka berharap bisa menghasilkan uang secara instan tanpa perlu berusaha lebih keras.

Sebenarnya, mereka ini tidak cocok disebut content creator, melainkan lebih tepat disebut pengemis online, karena apa yang mereka lakukan sama sekali tidak memberikan manfaat.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa mereka menghibur, dan selera hiburan setiap orang berbeda-beda, yang memang benar. Namun, aneh rasanya menjadikan konten seperti ini sebagai hiburan, padahal masih banyak konten menghibur lainnya. Dengan demikian, kita tidak seharusnya mendukung masyarakat menjadi malas bekerja.

Kategori :