RADAR JABAR - UNICEF mengecam keputusan Israel untuk melarang kegiatan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di wilayah Palestina yang diduduki, menyatakan bahwa tindakan ini akan berdampak sangat serius terhadap anak-anak Palestina yang sudah menghadapi krisis kemanusiaan parah di Gaza. Jika larangan ini diterapkan sepenuhnya, UNICEF memperingatkan konsekuensi mematikan yang mungkin terjadi.
"Dengan anak-anak Gaza yang sudah menghadapi salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarah, jika larangan ini diterapkan sepenuhnya, dampaknya akan mematikan," tulis pernyataan dari Dana Anak-anak PBB .
Menurut UNICEF, UNRWA adalah lembaga utama yang memberikan layanan penting dan perlindungan kepada warga Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, serta menjadi tulang punggung bantuan kemanusiaan di Gaza.
"UNRWA adalah badan utama PBB yang menyediakan layanan penting dan perlindungan bagi warga Palestina di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan merupakan tulang punggung respons kemanusiaan di Gaza," tambah pernyataan tersebut.
BACA JUGA:Topan Kong-rey Landa Taiwan, Puluhan Terluka dan Wisatawan Asing Hilang
BACA JUGA:Korea Utara Perlihatkan 'Kemauan untuk Melawan' Lewat Peluncuran Rudal ICBM Terbaru
UNICEF juga menegaskan bahwa tidak ada lembaga alternatif yang mampu menggantikan peran penting UNRWA, yang mendukung 2,2 juta penduduk Gaza yang sangat membutuhkan bantuan mendesak.
UNICEF menyoroti luasnya jangkauan layanan UNRWA, dengan lebih dari 18.000 pegawai yang bertugas di Gaza dan Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur, dan menegaskan tidak ada lembaga PBB lain yang dapat mengambil alih tanggung jawab tersebut.
Parlemen Israel, Knesset, telah menyetujui undang-undang yang akan melarang UNRWA beroperasi dalam waktu 90 hari, yang akan berdampak pada kerja badan ini di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyebut langkah ini sebagai tindakan yang "belum pernah terjadi dan berbahaya," yang melanggar Piagam PBB.
Israel menuduh beberapa pegawai UNRWA terlibat dalam serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023, dengan menuding bahwa program pendidikan UNRWA "mendorong terorisme dan kebencian."
BACA JUGA:MER-C Kirim Tim Medis Ke-6 untuk Bantu Warga Palestina, di Tengah Krisis Kemanusiaan
BACA JUGA:Krisis Pengungsian Sudan Mencapai Lebih dari 14 Juta Orang, Diwarnai Kekerasan di Al-Jazirah
Namun, UNRWA yang berbasis di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, membantah tuduhan ini, menegaskan sikap netralnya dan fokus pada dukungan pengungsi.
UNRWA, yang dibentuk berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB pada 1949, bertujuan memberikan bantuan dan perlindungan bagi pengungsi Palestina di Yordania, Suriah, Lebanon, Tepi Barat, dan Gaza.
Sejak serangan Hamas, serangan besar Israel di Gaza terus berlangsung meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang meminta gencatan senjata segera. Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 43.160 korban jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 101.500 terluka.