RADAR JABAR - Pelapor Khusus PBB untuk Kesehatan, Tlaleng Mofokeng, pada Jumat (25/10) mendesak para pemimpin global untuk memanfaatkan pengaruh mereka guna menghentikan tindakan genosida yang terjadi di Gaza.
"Kami hanya butuh semua pemimpin dunia untuk mengerahkan kekuatan ekonomi, politik, dan diplomatik yang mereka miliki agar genosida ini segera berakhir," ujar Mofokeng dalam konferensi pers di New York.
Ia mengungkapkan bahwa hak atas kesehatan di Gaza telah menjadi "tidak tertahankan" di tengah kekerasan yang terus berlangsung dari pihak Israel.
Mofokeng menggambarkan bahwa tenaga kesehatan di Gaza mengalami kelelahan, penganiayaan, hingga ancaman kematian saat berupaya menjalankan tugas mereka. Ia menyebutkan, kondisi ekstrem memaksa tenaga kesehatan di sana bekerja tanpa anestesi atau obat-obatan penting lainnya.
Mofokeng memperkenalkan istilah "medisida" untuk menggambarkan serangan luas dan sistematis terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas medis di Palestina.
“Kita semua menjadi saksi serangan terhadap praktik kedokteran itu sendiri,” ungkapnya.
Mofokeng juga mengapresiasi dedikasi tenaga kesehatan di Gaza yang tetap menjalankan sumpah mereka untuk merawat pasien meski menghadapi risiko serius terhadap diri mereka sendiri.
BACA JUGA:Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara Dikepung Pasukan Israel
Melalui komunikasi yang berkelanjutan dengan pejabat Israel, Mofokeng bersama para pakar PBB lainnya menuntut adanya akuntabilitas, penyelidikan, dan gencatan senjata segera. Ia memperingatkan bahwa situasi ini telah mencapai titik kritis yang memerlukan tindakan tegas untuk mengakhiri impunitas.
"Kita telah membuka tingkatan baru yang tidak dapat kita batalkan," ujarnya.
Israel terus melancarkan serangan di Gaza sejak peristiwa yang melibatkan Hamas pada Oktober tahun lalu, meski Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera.
Sejauh ini, lebih dari 42.800 orang tewas, dan 100.500 lainnya terluka, kebanyakan di antaranya perempuan dan anak-anak. Konflik ini telah memaksa sebagian besar warga Gaza mengungsi, menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade.