Raja Charles III Serukan Dialog dan Pemahaman di Tengah Tuntutan Ganti Rugi atas Sejarah Kolonialisme Inggris

Jumat 25-10-2024,21:11 WIB
Reporter : Salma Sepina Nurdini
Editor : Salma Sepina Nurdini

RADAR JABAR - Raja Charles III mendorong dialog dan pemahaman bersama di tengah meningkatnya tuntutan ganti rugi terkait perbudakan dan kolonialisme Inggris pada masa lampau, yang diakuinya masih meninggalkan "rasa sakit" hingga kini.

Charles menyampaikan bahwa persatuan menuntut pengakuan atas asal-usul sejarah, termasuk perbudakan yang terjadi di Asia, Afrika, dan Karibia akibat kolonialisme Inggris.

"Kesatuan kita menuntut kita mengakui dari mana kita berasal," ujar Raja Charles III.

Pernyataan ini ia sampaikan dalam pertemuan kepala pemerintahan Persemakmuran Bangsa-Bangsa (CHOGM) di Samoa, kawasan Pasifik.

BACA JUGA:Presiden Palestina Sebut BRICS Punya Peran Kunci dalam Memastikan Hak Palestina dan Perdamaian Internasional

BACA JUGA:Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara Dikepung Pasukan Israel

Raja Charles juga menekankan pentingnya mendengar “suara-suara masyarakat di Persemakmuran” yang merasakan dampak dari masa lalu yang menyakitkan ini, sembari mengungkapkan pemahamannya akan rasa tersebut.

"Untuk itu, penting bagi kita untuk memahami sejarah yang dapat memandu kita dalam menentukan pilihan yang benar di masa depan ketika kesenjangan terjadi," ujarnya.

Raja Inggris ini juga menekankan pentingnya memahami sejarah sebagai pedoman dalam menghadapi masa depan dan mengatasi kesenjangan.

"Kita memang tak bisa mengubah masa lalu, namun kita bisa berkomitmen sepenuh hati untuk mengambil hikmahnya," tambahnya.

BACA JUGA:Xi Jinping Serukan Strategi Bersama BRICS untuk Hadapi Tantangan Global

BACA JUGA:Gugatan Baru P Diddy, Dituduh Ruda Paksa Anak Usia 13 Tahun Bareng Artis Lainnya

Pertemuan tersebut turut dihadiri Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, dan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese. Meski ada desakan untuk memulai “dialog konkret” tentang ganti rugi perbudakan masa lalu Inggris, Starmer enggan memberikan pernyataan maaf resmi atau kompensasi finansial.

Selain isu sejarah tersebut, pertemuan CHOGM di ibu kota Samoa, Apia, juga didominasi pembahasan tentang dampak perubahan iklim, yang menjadi perhatian penting dalam agenda.*

Kategori :