RADAR JABAR - Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sejak serangan militer Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, sebanyak 146 dokter dari berbagai spesialisasi telah terbunuh. Akibat serangan ini, mayoritas obat-obatan dan persediaan medis telah habis, memperburuk situasi di Gaza.
Dalam pernyataan pada hari Minggu, yang menandai satu tahun sejak dimulainya serangan tersebut, Kementerian mengungkapkan bahwa 83 persen persediaan medis dan 60 persen obat-obatan tidak lagi tersedia di rumah sakit maupun pusat kesehatan.
Diketahui juga bahwa, sekitar 25.000 pasien memerlukan perawatan di luar Gaza yang kini terkepung.
Sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel menghentikan pasokan listrik ke Gaza dan menahan masuknya bahan bakar yang diperlukan untuk menjalankan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah tersebut.
BACA JUGA:Referendum Nuklir Kazakhstan: Hampir 58 Persen Pemilih Berpartisipasi
BACA JUGA:Iran Hentikan Layanan Penerbangan Hingga Senin Pagi di Tengah Spekulasi Serangan Israel
Selain itu, Israel juga memblokir pasokan air, komunikasi, makanan, dan obat-obatan, serta menutup jalur perlintasan.
Sejak dimulainya kampanye serangan, Israel telah membatasi masuknya bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar, hanya mengizinkan sebagian kecil bantuan dari organisasi internasional yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata, Israel tetap melanjutkan serangan ke Jalur Gaza. Akibatnya, lebih dari 41.900 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, tewas, dan lebih dari 97.100 lainnya terluka, menurut laporan otoritas kesehatan.
Serangan tersebut juga menyebabkan sebagian besar penduduk Gaza mengungsi, menghadapi kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan di tengah blokade yang berlangsung. Israel kini dihadapkan pada tuntutan genosida di Pengadilan Internasional atas aksinya di Gaza.*