RADAR JABAR - Jumlah anak-anak yang tewas dalam serangan Israel di Lebanon saat ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan selama perang pada 2006 antara Hizbullah dan Israel. Laporan tersebut berdasarkan data dari UNICEF.
Laporan menunjukkan bahwa sekitar 12 anak meninggal setiap hari selama konflik 33 hari pada 2006, dengan total sekitar 400 anak tewas. Namun, pada minggu ini saja, 50 anak telah kehilangan nyawa hanya dalam dua hari, Senin dan Selasa, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
"Perkiraan menunjukkan sekitar 400 anak, atau sekitar 12 anak per hari, tewas selama konflik 33 hari pada tahun 2006. Namun kini, 50 anak tewas hanya dalam dua hari, yaitu Senin dan Selasa pekan ini, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Kementerian juga memperkirakan bahwa lebih banyak anak masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur di seluruh negeri," ujar UNICEF dalam pernyataannya pada Kamis (26/9).
UNICEF juga memperingatkan bahwa lebih banyak anak mungkin tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan. Edouard Beigbeder, Perwakilan UNICEF di Lebanon, menyatakan bahwa tingkat kematian dan cedera anak-anak akibat serangan Israel sangat mengkhawatirkan.
BACA JUGA:IAEA Berupaya Kembalikan Iran ke Kesepakatan Nuklir
BACA JUGA:Sepak Terjang P Diddy Buat Label Musik Bad Boy Entertainment untuk Lancarkan Aksi Kriminal
"Situasi di Lebanon, yang sudah berada di ambang kehancuran, telah berubah dari krisis menjadi bencana. Penderitaan anak-anak harus dihentikan," ujar Beigbeder.
Ia menambahkan bahwa situasi di Lebanon telah beralih dari krisis menjadi bencana, mendesak agar segera ada penurunan eskalasi konflik karena dampaknya yang sangat merugikan bagi 1,3 juta anak di negara itu.
Serangan Israel di Lebanon dimulai pada Senin, dengan operasi militer besar-besaran yang disebut "Northern Arrows" (Panah Utara). Korban tewas akibat serangan ini telah melampaui 1.500 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Sebagai balasan, Hizbullah meluncurkan puluhan roket ke wilayah utara Israel. Konflik ini dipicu oleh serangkaian ledakan pada perangkat komunikasi di Lebanon pada 17-18 September, yang menewaskan lebih dari 40 orang dan melukai hampir 3.500 lainnya.*